Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Krisis Kepemimpinan Berlanjut
Krisis kepemimpinan ini menjadi episode terbaru dari drama panjang di Nissan sejak pencopotan mantan Ketua Carlos Ghosn pada akhir 2018.
Jika terjadi pergantian CEO, maka Nissan akan memiliki empat CEO dalam waktu kurang dari enam tahun.
Di tengah ancaman dari produsen kendaraan listrik (EV) China yang menghadirkan mobil dengan teknologi canggih, Nissan menghadapi tantangan struktural yang lebih dalam dibandingkan pesaingnya.
Setelah bertahun-tahun fokus pada volume penjualan daripada nilai merek, citra Nissan mengalami erosi. Meskipun menjadi pionir EV dengan Nissan Leaf, perusahaan ini tidak pernah merasakan lonjakan keuntungan seperti Tesla.
Nissan juga salah membaca permintaan pasar untuk kendaraan hibrida di Amerika Serikat, sebuah kesalahan mahal yang kini tengah diperbaiki.
Selain itu, perusahaan menghadapi potensi tarif tambahan untuk kendaraan yang diekspor ke AS dari Meksiko, salah satu pusat produksinya.
Baca Juga: Kabar Terbaru! Honda Bersedia Lanjutkan Merger Asalkan CEO Nissan Mengundurkan Diri
Diturunkan ke Status ‘Junk’
Bulan lalu, Fitch Ratings menurunkan peringkat kredit Nissan ke status ‘junk’, menghapus status investasi yang tersisa dari lembaga pemeringkat utama dan menyoroti rendahnya profitabilitas serta ketidakpastian rencana pemulihannya.
Nissan memiliki obligasi senilai sekitar 1,8 triliun yen (US$12,2 miliar), menurut data LSEG, dengan 233 miliar yen jatuh tempo tahun ini.
Meskipun memiliki likuiditas tinggi dan neraca keuangan yang kuat, analis memperingatkan potensi kesulitan jangka panjang jika Nissan gagal memulihkan bisnisnya.
Sebelumnya, Nissan pernah memiliki pemimpin interim. Pada 2019, perusahaan menunjuk Yasuhiro Yamauchi sebagai CEO sementara setelah penggulingan Hiroto Saikawa, penerus Ghosn.
Reuter pertama kali mengindikasikan nasib Uchida pada Desember lalu, ketika seorang sumber menyebut bulan-bulan berikutnya akan menjadi periode krusial bagi masa depan dirinya dan Nissan.
Uchida sendiri pernah menyatakan bahwa mengakhiri stagnasi Nissan adalah tugas utamanya, setelah itu ia siap untuk mundur dari jabatannya.