kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.351.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.750   24,00   0,14%
  • IDX 8.431   60,48   0,72%
  • KOMPAS100 1.169   9,81   0,85%
  • LQ45 851   7,30   0,86%
  • ISSI 295   2,20   0,75%
  • IDX30 445   2,03   0,46%
  • IDXHIDIV20 512   3,47   0,68%
  • IDX80 132   1,07   0,82%
  • IDXV30 137   0,52   0,38%
  • IDXQ30 141   1,09   0,78%

Prediksi 2035 Goldman Sachs: Saham AS Tak Lagi Jawara, Pasar Asia Diproyeksi Melejit


Senin, 17 November 2025 / 06:47 WIB
Prediksi 2035 Goldman Sachs: Saham AS Tak Lagi Jawara, Pasar Asia Diproyeksi Melejit
ILUSTRASI. Goldman Sachs merilis proyeksi pasar saham hingga tahun 2035. Isinya mungkin tidak terdengar menyenangkan bagi sebagian besar investor di AS. REUTERS/David Gray


Sumber: The Street | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Goldman Sachs diam-diam merilis proyeksi pasar saham jangka panjang hingga tahun 2035. Isinya mungkin tidak terdengar menyenangkan bagi sebagian besar investor di Amerika Serikat.

Mengutip The Street, setelah satu dekade yang dipenuhi lonjakan saham teknologi dan valuasi yang melonjak, Goldman memprediksi kondisi 10 tahun ke depan akan jauh berbeda.

Menurut mereka, indeks S&P 500 hanya akan menghasilkan imbal hasil rata-rata 6,5% per tahun, jauh dari tren kenaikan dua digit yang selama ini dinikmati investor.

Yang mendorong pertumbuhan bukan lagi kenaikan valuasi seperti sebelumnya, tetapi pertumbuhan laba perusahaan. Ini menandakan pasar akan kembali ke kondisi yang lebih “normal”.

Yang lebih mengejutkan, Goldman memprediksi peluang terbesar justru bukan dari saham-saham AS — tetapi dari kawasan yang sering diabaikan investor Amerika.

Intinya, Goldman melihat masa “kenaikan harga karena sentimen berlebihan” sudah lewat.

Baca Juga: Solaria Tunjuk Goldman Sach untuk Cari Mitra Proyek Data Centre di Eropa

Prediksi 6,5% tadi muncul dari perhitungan sederhana: pertumbuhan laba sekitar 6%, tekanan kecil pada valuasi, dan dividen yang relatif stabil.

Pesannya jelas: 10 tahun ke depan bukan waktu untuk mengejar hype, melainkan berinvestasi pada bisnis yang benar-benar tumbuh dan menghasilkan.

Akhir Era Valuasi Mengembang

Goldman menyebut valuasi pasar saat ini sudah terlalu tinggi jika dibandingkan sejarah.

Model mereka memperkirakan price-to-earnings (P/E) fair value di angka 21x pada 2035, turun dari sekitar 23x sekarang.

Ada dua alasan utamanya:

1. Margin laba sudah sangat tinggi, naik dari 5% pada 1990 menjadi sekitar 13% saat ini — didorong oleh efisiensi rantai pasok global dan penurunan biaya bunga serta pajak. Goldman menilai kondisi ini tidak akan terulang.

2. Mereka memperkirakan yield obligasi 10 tahun AS ada di 4,5%, sehingga ruang pertumbuhan valuasi makin sempit.

Artinya, pasar ke depan akan naik karena pertumbuhan keuntungan perusahaan, bukan karena investor bersedia membayar lebih mahal untuk dolar laba yang sama.

Baca Juga: Bos Goldman Sachs dan Morgan Stanley Peringatkan Potensi Koreksi Pasar Saham Global

Laba Perusahaan Masih Menguat

Prediksi ini muncul saat kinerja perusahaan AS masih sangat solid.

Dalam dua kuartal terakhir, mayoritas perusahaan di S&P 500 membukukan hasil yang lebih baik dari perkiraan analis — baik dari sisi laba maupun penjualan.

  • Q2: 82% mengalahkan estimasi laba, 79% mengalahkan estimasi pendapatan.
  • Q3: tren masih berlanjut dengan level yang hampir sama.
  • Bahkan dalam empat kuartal terakhir, pertumbuhan laba dua digit terus terjadi.
  • Sektor teknologi tetap jadi motor utama pertumbuhan.

Investor AS Mungkin Salah Fokus

Bagian paling menarik dari laporan Goldman: sumber return terbesar dalam 10 tahun ke depan bukan dari pasar AS.

Prediksi return tahunan:

  • S&P 500 (AS): +6,5%
  • Emerging Markets: +10,9%
  • Asia ex-Japan: +10,3%
  • Jepang: +8,2%

Tonton: Harga Perak Melejit Lampaui Emas, Goldman Sachs Wanti-wanti Risiko

Kawasan berkembang (terutama Asia) dinilai punya kombinasi ideal: pertumbuhan ekonomi lebih cepat, reformasi struktural, peningkatan dividen, dan perbaikan tata kelola.

Mata uang juga memainkan peran penting. Goldman melihat dolar AS saat ini 15% terlalu mahal dan berpotensi melemah bertahap selama dekade ke depan — kondisi yang biasanya menguntungkan pasar saham di luar AS.

China dan India disebut sebagai motor utama pertumbuhan laba di pasar berkembang, sementara Jepang dinilai sedang mengalami reformasi pasar modal yang memperkuat profitabilitas jangka panjang.

Kesimpulan

Goldman Sachs memperingatkan bahwa dekade berikutnya tidak akan sespektakuler 10 tahun terakhir bagi pasar saham AS. Pertumbuhan akan tetap ada, tetapi lebih moderat dan didorong terutama oleh fundamental bisnis, bukan ekspansi valuasi. Sementara itu, peluang terbesar justru muncul di luar Amerika — terutama di Asia dan pasar negara berkembang — yang diprediksi menawarkan return dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pasar AS. 

Selanjutnya: Investor Ritel Lebih Mengincar ST015 Tenor Dua Tahun

Menarik Dibaca: 4 Buku Finance Terbaik untuk Pemula yang Ingin Atur Uang dan Investasi




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×