Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, sejak Nixon mengeluarkan dolar dari standar emas pada tahun 1971, uang bukan lagi uang.
Hari ini, dolar adalah mata uang. Nilainya bisa naik dan turun tergantung pada kinerja mata uang lain dan berdasarkan banyak kondisi ekonomi. Dolar tidak terikat pada apa pun dan dapat bergerak ke segala arah dengan sangat cepat.
Pada tahun 2021, Wall Street Journal menulis bahwa dolar “melemah”. Beberapa waktu lalu di tahun 2022, The New York Times menulis, “Dolar yang Menguat Merugikan Mata Uang Lain”.
Tentu saja, yang dimaksud di sini adalah biaya dolar vs nilai dolar. Penabung adalah pecundang dalam ekonomi inflasi karena dolar yang mereka simpan memiliki daya beli yang lebih rendah dari waktu ke waktu.
Tetapi pada saat yang sama, biaya meminjam dolar lebih tinggi di AS, sehingga ada masuknya dolar AS ke AS oleh investor asing, yang memperkuat dolar. Seperti yang ditulis oleh “The New York Times”, akibatnya mata uang negara-negara lain telah melemah, mengganggu pasar di beberapa ekonomi terbesar di dunia, dari Jepang, China, India, hingga Inggris.
Semua ini dimungkinkan karena dolar AS bukan lagi uang melainkan mata uang.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Bocorkan Bagaimana Belajar Seperti Orang Kaya, Penasaran?
Jadi, apa artinya dolar adalah mata uang?
Dolar sebagai mata uang hanyalah kendaraan untuk memindahkan kekayaan dari satu daerah ke daerah lain.
Misalnya, investor cerdas yang melihat kekalahan di pasar obligasi datang pada tahun 2016 kemungkinan besar memindahkan kekayaan mereka dari obligasi ke sektor lain yang mendapat keuntungan dari suku bunga yang lebih tinggi dan dolar yang meningkat.
"Saat ini, dengan inflasi yang tinggi, investor yang cerdas kemungkinan besar beralih ke komoditas. Semuanya bersifat siklus, tetapi orang kaya mengetahui bahwa uang yang asli sekarang ditemukan di aset, bukan di mata uang yang mengalami naik turun," jelasnya.