Sumber: Bloomberg, Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Senin kemarin waktu New York, saham-saham perbankan di Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan terburuk dalam satu hari sepanjang terjadinya krisis finansial. Ini disebabkan anjloknya perekonomian global saat ini yang dikhawatirkan akan menambah jumlah pengangguran, pengetatan pengucuran kredit dan melonjaknya penyusutan aset perusahaan.
Asal tahu saja, Standard & Poors Financials Index GSPF, terjun bebas 17%. Ini merupakan kemerosotan terbesar dibanding rekor penurunan sebesar 16,1% pada 29 September lalu yang merupakan penurunan terbesar sejak pertengahan 2007 lalu. Mayoritas indeks saham-saham di AS pada Senin kemarin tergelincir cepat dengan kisaran 7,7% hingga 9%.
Saham-saham perusahaan finansial mengalami penurunan terbesar diantara perusahaan lain yang tergabung dalam Dow Jones Industrial Average. Sebut saja Citigroup Inc merosot tajam sebesar 22,2%, Bank of America Corp turun 20,9%, JPMorgan Chase & Co turun 17,5% dan American Express Co yang tergelincir 15,7%.
Saham-saham lain yang juga mengalami penurunan antara lain Merrill Lynch & Co turun 23,4%, Goldman Sachs Group Inc terperosok 16,8% dan Morgan Stanley turun 23,1%. Sementara itu, kondisi serupa juga dialami Wells Fargo & Co juga merosot 19% setelah Meredith Whitney, analis dari Oppenheimer Co merekomendasikan untuk jual saham Wells Fargo dalam sebuah wawancara dengan televisi CNBC.
Terjadinya penurunan pada hari Senin itu terjadi setelah National Bureau of Economic Research mengatakan, perekonomian AS sudah masuk ke masa resesi dalam setahun ini. Selain itu, Institute for Supply Management juga menjelaskan aktivitas perpabrikan AS pada bulan November anjlok ke level terendah sejak 1982.
Sementara itu, dalam pidatonya di Austin, Texas, Federal Reserve Chairman Ben Bernanke mengatakan, perekonomian akan tetap berada dalam kondisi labil untuk sementara waktu.