Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Vietnam Kehilangan Daya Saing?
Ancaman tarif ini menambah tekanan baru bagi Vietnam yang selama ini menjadi tujuan utama relokasi manufaktur dari China akibat tensi dagang AS-China.
Namun, lonjakan investasi asing ke Vietnam menyebabkan lonjakan konsumsi listrik, kenaikan pajak efektif bagi perusahaan besar, dan semakin mahalnya tenaga kerja terampil.
“Situasinya sudah sangat serius,” kata seorang eksekutif perusahaan Korea di Vietnam.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Vietnam Melambat pada Kuartal I 2025
Ekonom dari Nomura memperkirakan tekanan ini bisa menjadi peluang bagi India. India kini sedang mempercepat proses perjanjian dagang dengan AS dan menargetkan kesepakatan awal bisa rampung akhir tahun ini.
Namun, produsen asing masih dihantui ketidakpastian.
Menurut Ko Tae-yeon, Ketua Kamar Dagang Korea di Vietnam, awalnya terjadi "kepanikan" setelah Trump mengumumkan tarif baru.
Beberapa perusahaan bahkan sempat merencanakan pengurangan tenaga kerja. Namun kini mereka bersikap “tunggu dan lihat,” katanya.
Samsung belum mengambil keputusan final, namun salah satu opsi adalah memproduksi sebagian smartphone tujuan AS di pabrik Gumi, Korea Selatan, menurut dua narasumber.
Samsung juga mempertimbangkan ekspansi di India, namun saat ini India baru sanggup menangani sekitar 20% dari total produksi ponsel Samsung secara global.
Lembaga BMI Research mencatat bahwa sekitar 45% ekspor Vietnam ke AS berasal dari produk elektronik.
Maka, tarif tinggi bisa memaksa produsen seperti Samsung mengurangi produksi untuk mengantisipasi penurunan permintaan.
Baca Juga: Tarif AS Terhadap Vietnam Jadi Pukulan bagi Nike dan Merek Pakaian Olahraga Lainnya
Tahun lalu, ekspor Samsung dari Vietnam mencapai sekitar US$54 miliar atau sekitar 15% dari total ekspor nasional.
Di pabrik-pabrik Samsung, ketidakpastian ini menimbulkan kecemasan.
"Aku takut mereka akan memangkas semuanya," kata Nguyen Thi Hao (39), pekerja di pabrik Samsung di Thai Nguyen, Vietnam Utara.