Sumber: Channel News Asia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Maskapai Singapore Airlines (SIA) membatalkan seluruh penerbangan antara Singapura dan Dubai hingga Rabu, 25 Juni 2025, seiring eskalasi konflik antara Iran dan Israel yang terus berlanjut.
Melansir laman Channelnewsasia pada Selasa (24/6), melaporkan dalam pengumuman resmi di situs webnya, SIA menyatakan bahwa keputusan ini diambil setelah dilakukan penilaian keamanan terhadap situasi geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Baca Juga: Usai Serangan AS, Beberapa Maskapai Kaji Pembatalan Penerbangan ke Timur Tengah
Enam penerbangan yang dibatalkan mencakup:
- SQ494 dari Singapura ke Dubai pada Senin pukul 15.10
- SQ495 dari Dubai ke Singapura pada Senin pukul 19.45
- SQ494 dari Singapura ke Dubai pada Selasa pukul 15.10
- SQ495 dari Dubai ke Singapura pada Selasa pukul 19.45
- SQ494 dari Singapura ke Dubai pada Rabu pukul 15.10
- SQ495 dari Dubai ke Singapura pada Rabu pukul 19.45
Baca Juga: Maskapai Tanggung Efek Perang di Timur Tengah
SIA sebelumnya juga telah membatalkan penerbangan ke dan dari Dubai pada hari Minggu.
“Singapore Airlines akan menghubungi seluruh pelanggan yang terdampak untuk memberi informasi terkait pembatalan,” ujar pihak maskapai.
Penumpang yang terdampak akan dialihkan ke penerbangan alternatif atau dapat meminta pengembalian dana penuh atas bagian tiket yang belum digunakan.
Untuk pemesanan langsung, pelanggan dapat menggunakan formulir permintaan bantuan (Assistance Request Form) di situs SIA.
Sedangkan penumpang yang memesan melalui agen perjalanan atau maskapai mitra, disarankan menghubungi agen atau maskapai terkait untuk proses selanjutnya.
“Mengingat situasi yang masih berubah-ubah, penerbangan SIA lainnya menuju dan dari Dubai juga berpotensi terdampak,” tambah maskapai.
Baca Juga: Maskapai Penerbangan Global Hindari Wilayah Timur Tengah Usai Serangan AS ke Iran
Kekhawatiran Maskapai Global Meningkat
Maskapai-maskapai di seluruh dunia kini mempertimbangkan durasi penangguhan penerbangan ke wilayah Timur Tengah, karena konflik yang telah berlangsung lebih dari sepuluh hari ini telah memutus jalur penerbangan utama.
Serangan AS ke fasilitas nuklir Iran serta pernyataan balasan dari Teheran telah menambah ketegangan.
Sejak Israel memulai serangan terhadap Iran pada 13 Juni, wilayah udara dari Iran dan Irak hingga Mediterania nyaris kosong dari lalu lintas komersial, dengan banyak penerbangan dialihkan, dibatalkan, atau tertunda karena penutupan wilayah udara dan alasan keselamatan.
Baru-baru ini, sejumlah maskapai besar dunia juga membatalkan penerbangan ke pusat-pusat transit utama seperti Dubai dan Doha, yang biasanya tahan terhadap guncangan geopolitik.
Baca Juga: Konser Camila Cabello di Singapura Dibatalkan, Uang Tiket Akan Dikembalikan
CEO Flight Centre Travel Group Graham Turner mengatakan bahwa pihaknya telah menerima permintaan dari sejumlah pelanggan untuk menghindari rute transit di Timur Tengah dan memilih Singapura, Hong Kong, Tiongkok, Johannesburg, atau rute langsung antara Perth dan London sebagai alternatif.
Dengan wilayah udara Rusia dan Ukraina juga ditutup, kawasan Timur Tengah sebelumnya menjadi jalur utama penghubung Eropa dan Asia.
Kini, maskapai harus memutar lewat Laut Kaspia atau wilayah Mesir dan Arab Saudi, yang menyebabkan biaya bahan bakar dan kru meningkat, ditambah dengan potensi kenaikan harga minyak akibat situasi tersebut.
Risiko Wilayah Udara dan Ancaman Teknologi
Zona konflik yang berkembang memperberat beban operasional maskapai, dengan kekhawatiran akan tembakan salah sasaran atau serangan langsung terhadap pesawat komersial.
Gangguan sinyal GPS dan spoofing lokasi juga semakin sering terjadi di kawasan konflik. Layanan pelacakan Flightradar24 melaporkan peningkatan dramatis gangguan GPS di atas Teluk Persia dalam beberapa hari terakhir.
Baca Juga: Iran Luncurkan Rudal ke Israel Setelah Gencatan Senjata Diumumkan Trump
Perusahaan Swiss SkAI mencatat lebih dari 150 pesawat mengalami spoofing dalam waktu 24 jam.
Situs Safe Airspace yang dikelola oleh OPSGROUP juga mengingatkan bahwa serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran bisa meningkatkan risiko terhadap operator penerbangan asal Amerika Serikat di kawasan Teluk.
Sebelum serangan tersebut, maskapai seperti American Airlines, United Airlines, dan Air Canada telah menangguhkan penerbangan ke Qatar dan Dubai, dan hingga kini belum kembali beroperasi.
Sementara itu, maskapai lokal di Yordania, Lebanon, dan Irak perlahan mulai melanjutkan sebagian layanan, setelah sempat membatalkan seluruh penerbangan.
Israel sendiri mulai meningkatkan frekuensi penerbangan untuk evakuasi warganya, dengan 24 penerbangan "rescue flight" dijadwalkan setiap hari.
Maskapai nasional El Al menyatakan telah menerima permintaan keberangkatan dari sekitar 25.000 orang dalam satu hari.