kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.369   106,29   1,70%
  • KOMPAS100 923   27,30   3,05%
  • LQ45 724   17,33   2,45%
  • ISSI 198   4,51   2,33%
  • IDX30 378   6,29   1,69%
  • IDXHIDIV20 458   7,62   1,69%
  • IDX80 105   3,28   3,22%
  • IDXV30 111   4,56   4,28%
  • IDXQ30 124   1,83   1,50%

Samsung Goyang, Vietnam Ketar-Ketir: Tarif Trump Jadi Mimpi Buruk


Sabtu, 12 April 2025 / 11:17 WIB
Samsung Goyang, Vietnam Ketar-Ketir: Tarif Trump Jadi Mimpi Buruk
ILUSTRASI. FILE PHOTO - The logo of Samsung Electronics is seen at its office building in Seoul, South Korea, March 23, 2018. REUTERS/Kim Hong-Ji/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - SEOUL/HANOI. Saat Chairman Samsung Electronics, Jay Y. Lee, bertemu Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh pada Juli lalu, ia menyampaikan satu pesan sederhana, "kesuksesan Vietnam adalah kesuksesan Samsung, dan pembangunan Vietnam adalah pembangunan Samsung."

Ia berjanji akan terus berinvestasi jangka panjang menjadikan Vietnam sebagai basis manufaktur utama untuk produk display.

Sejak masuk ke Vietnam pada 1989, konglomerat asal Korea Selatan ini telah menggelontorkan miliaran dolar untuk memperluas jejak manufakturnya di luar China.

Baca Juga: Usaha Negosiasi Dagang, Vietnam Bakal Beli Produk Pertahanan dan Keamanan dari AS

Banyak perusahaan lain mengikuti langkah ini ketika Presiden AS Donald Trump mulai memberlakukan tarif tinggi terhadap barang-barang China pada masa jabatan pertamanya.

Langkah tersebut menjadikan Samsung sebagai investor asing dan eksportir terbesar di Vietnam.

Sekitar 60% dari total 220 juta ponsel yang dijual Samsung secara global setiap tahunnya diproduksi di Vietnam, dan banyak di antaranya dikirim ke AS — pasar terbesar kedua bagi Samsung, menurut lembaga riset Counterpoint.

Namun kini, ketergantungan tersebut justru menjadi titik lemah. Vietnam sedang berpacu dengan waktu untuk bernegosiasi dengan pemerintahan Trump guna menurunkan ancaman tarif 46% yang dinilai sangat memberatkan dan mengungkap kerentanan model ekspor negara Asia Tenggara tersebut.

Meski AS memberi kelonggaran dengan menunda penerapan tarif menjadi 10% selama 90 hari, Reuters menemukan bahwa Samsung berpotensi menjadi korban utama jika tarif penuh diberlakukan pada Juli.

Baca Juga: Impor China hingga Vietnam ke Indonesia Diprediksi Naik Tajam Imbas Tarif Trump

"Vietnam adalah tempat utama kami memproduksi smartphone, tapi tarif awal yang diumumkan untuk negara ini jauh lebih tinggi dari yang kami perkirakan. Ini menimbulkan kebingungan secara internal," ujar seorang eksekutif Samsung yang enggan disebut namanya.

Walaupun AS dan Vietnam mencapai kesepakatan, surplus perdagangan Vietnam dengan AS yang mencapai sekitar US$120 miliar tetap menjadikannya sasaran empuk bagi kebijakan dagang Trump. Vietnam berharap tarif bisa ditekan ke kisaran 22–28%, atau lebih rendah lagi.

Pertimbangkan Relokasi Produksi

Di tengah ketidakpastian ini, Samsung dan para pemasoknya mulai mempertimbangkan penyesuaian produksi, menurut empat narasumber.

Opsi yang dibahas antara lain meningkatkan produksi di India atau Korea Selatan — meski langkah tersebut diperkirakan akan mahal dan butuh waktu.

Samsung menolak memberikan komentar spesifik terkait responsnya terhadap ancaman tarif. Sebelumnya, mereka hanya mengatakan akan bersikap fleksibel dalam mengelola rantai pasok dan pabrik globalnya.

Baca Juga: Perundingan Vietnam terhadap Tarif AS Angkat Prospek Perusahaan Olahraga

Kementerian luar negeri dan industri Vietnam pun belum memberikan tanggapan.

Sementara itu, rival Samsung, Apple, menghadapi tantangan yang lebih besar karena 80% iPhone yang dijual di AS diimpor dari China — dan kini menghadapi tarif hingga 145%. Apple juga tidak memberikan komentar atas hal ini.

Vietnam Kehilangan Daya Saing?

Ancaman tarif ini menambah tekanan baru bagi Vietnam yang selama ini menjadi tujuan utama relokasi manufaktur dari China akibat tensi dagang AS-China.

Namun, lonjakan investasi asing ke Vietnam menyebabkan lonjakan konsumsi listrik, kenaikan pajak efektif bagi perusahaan besar, dan semakin mahalnya tenaga kerja terampil.

“Situasinya sudah sangat serius,” kata seorang eksekutif perusahaan Korea di Vietnam.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Vietnam Melambat pada Kuartal I 2025

Ekonom dari Nomura memperkirakan tekanan ini bisa menjadi peluang bagi India. India kini sedang mempercepat proses perjanjian dagang dengan AS dan menargetkan kesepakatan awal bisa rampung akhir tahun ini.

Namun, produsen asing masih dihantui ketidakpastian.

Menurut Ko Tae-yeon, Ketua Kamar Dagang Korea di Vietnam, awalnya terjadi "kepanikan" setelah Trump mengumumkan tarif baru.

Beberapa perusahaan bahkan sempat merencanakan pengurangan tenaga kerja. Namun kini mereka bersikap “tunggu dan lihat,” katanya.

Samsung belum mengambil keputusan final, namun salah satu opsi adalah memproduksi sebagian smartphone tujuan AS di pabrik Gumi, Korea Selatan, menurut dua narasumber.

Samsung juga mempertimbangkan ekspansi di India, namun saat ini India baru sanggup menangani sekitar 20% dari total produksi ponsel Samsung secara global.

Lembaga BMI Research mencatat bahwa sekitar 45% ekspor Vietnam ke AS berasal dari produk elektronik.

Maka, tarif tinggi bisa memaksa produsen seperti Samsung mengurangi produksi untuk mengantisipasi penurunan permintaan.

Baca Juga: Tarif AS Terhadap Vietnam Jadi Pukulan bagi Nike dan Merek Pakaian Olahraga Lainnya

Tahun lalu, ekspor Samsung dari Vietnam mencapai sekitar US$54 miliar atau sekitar 15% dari total ekspor nasional.

Di pabrik-pabrik Samsung, ketidakpastian ini menimbulkan kecemasan.

"Aku takut mereka akan memangkas semuanya," kata Nguyen Thi Hao (39), pekerja di pabrik Samsung di Thai Nguyen, Vietnam Utara.

Selanjutnya: Kode Redeem FF Hari ini 12 April 2025, Link Penukaran Resmi Reward.ff.garena.com

Menarik Dibaca: Ide 6 Souvenir Pernikahan Paling Unik dan Anti Mainstream Tapi Berguna



TERBARU

[X]
×