Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - DAMASCUS/LONDON. Penghapusan sanksi Amerika Serikat terhadap Suriah diprediksi akan menandai babak baru bagi ekonomi Suriah yang hancur akibat perang selama 13 tahun.
Langkah ini membuka peluang besar bagi masuknya investasi dari diaspora Suriah, Turki, serta negara-negara Teluk yang mendukung pemerintahan baru di Damaskus. Para pelaku bisnis, menteri keuangan Suriah, dan analis pasar sepakat bahwa aliran modal akan meningkat signifikan setelah sanksi dicabut, meskipun tantangan politik dan keamanan masih tetap menghantui.
Investor Diaspora Suriah dan Pengusaha Internasional Optimistis
Pengusaha miliarder Suriah, Ghassan Aboud, yang bermukim di Uni Emirat Arab, mengungkapkan rencananya untuk berinvestasi kembali di tanah airnya. Ia menilai penghapusan sanksi menghilangkan risiko hukum yang selama ini membuat para investor ragu untuk beroperasi di Suriah.
Aboud mengajukan rencana multi-miliar dolar untuk pengembangan seni, budaya, dan pendidikan Suriah sebagai bagian dari upaya pemulihan nasional.
Baca Juga: Qatar Siap Investasi Rp165,5 triliun di Pangkalan Militer AS Terbesar di Timur Tengah
Menurutnya, pasar Suriah kini sangat potensial dan siap menerima investasi besar, karena "setiap benih yang ditanam hari ini akan berbuah hasil yang menguntungkan di masa depan." Sentimen serupa juga muncul dari pengusaha Suriah lainnya yang memiliki jaringan bisnis internasional.
Transformasi Ekonomi Menuju Pasar Bebas
Penghapusan sanksi ini akan mengakselerasi pergeseran model ekonomi Suriah dari yang sebelumnya sangat dikontrol negara menjadi sistem pasar bebas yang didorong oleh pemerintahan baru.
Sejak runtuhnya pemerintahan Bashar al-Assad pada Desember lalu, rezim baru yang dipimpin Presiden sementara Ahmed al-Sharaa berupaya menerapkan reformasi ekonomi demi membuka peluang investasi domestik dan asing.
Dukungan Negara Teluk dan Turki untuk Kebangkitan Ekonomi Suriah
Arab Saudi dan Turki, sebagai pendukung utama pemerintahan Sharaa, telah mendesak Amerika Serikat untuk mencabut sanksi tersebut.
Menteri Luar Negeri Saudi menyatakan bahwa penghapusan sanksi akan membuka berbagai peluang investasi besar, terutama dalam sektor konstruksi dan infrastruktur yang sangat dibutuhkan untuk membangun kembali negara yang luluh lantak.
Sharaa menyambut baik keputusan ini dalam sebuah pidato televisi, menegaskan kesiapan Suriah untuk memperkuat iklim investasi dan mengundang semua investor, baik dari dalam negeri, diaspora, maupun negara-negara Arab dan Turki, untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Tantangan Mendalam yang Masih Menghadang
Meski penghapusan sanksi membawa harapan besar, Suriah masih menghadapi ketidakstabilan keamanan yang signifikan.
Baca Juga: Kejutan Besar! India Tawarkan Perdagangan Bebas Tarif Produk AS, Trump Bilang Begini
Beberapa kelompok bersenjata belum menyerahkan senjata mereka, tuntutan otonomi dari komunitas Kurdi menimbulkan ketegangan, dan kekerasan sektarian membuat sebagian minoritas skeptis terhadap pemerintahan baru meski telah ada janji perlindungan dan pemerintahan inklusif.
Israel yang menentang rezim Sharaa, terus melakukan serangan udara yang membatasi keamanan dan stabilitas kawasan.
Reaksi Positif Pasar dan Penguatan Mata Uang Suriah
Pengumuman Presiden Trump telah memberikan dampak langsung pada pasar keuangan Suriah. Nilai tukar pound Suriah menguat dari sekitar 12.600 menjadi kisaran 9.000–9.500 terhadap dolar AS dalam waktu singkat, menandakan kepercayaan investor yang mulai bangkit.
Menteri Keuangan Suriah, Yisr Barnieh, menyatakan bahwa investor dari Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Arab Saudi telah aktif melakukan kontak dan menunjukkan minat yang tinggi untuk menanam modal di sektor-sektor utama seperti pertanian, minyak, pariwisata, infrastruktur, dan transportasi.
Ia mengajak seluruh investor untuk memanfaatkan momentum ini dan berkontribusi pada pembangunan kembali Suriah.
Peluang untuk Perusahaan dan Bank Turki
Perusahaan dan bank Turki diperkirakan akan meraih keuntungan signifikan dari penghapusan sanksi ini. Turki yang sebelumnya banyak mendukung oposisi Suriah selama konflik, kini memiliki kesempatan untuk memimpin proyek rekonstruksi yang masif.
Baca Juga: Trump Desak Apple Hentikan Produksi di India, Minta Fokus ke AS
CEO BBVA, Onur Genc, menegaskan bahwa perusahaan dan perbankan Turki siap mendukung pembiayaan proyek-proyek pembangunan di Suriah, memperkuat hubungan ekonomi kedua negara di masa depan.
Pandangan Ahli dan Investor Regional
Timothy Ash, analis senior RBC BlueBay Asset Management, menyebut keputusan AS ini sebagai peluang transformatif tidak hanya bagi Suriah tetapi juga kawasan sekitarnya.
Demikian pula, investor Lebanon, Imad al-Khatib, mempercepat rencananya untuk membangun fasilitas pengelolaan limbah senilai 200 juta dolar di Damaskus, yang merupakan langkah awal dari investasi lebih besar ke Suriah.