Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
MASIH fluktuatifnya sektor properti China mengarahkan prediksi pasar bahwa pemerintah China masih butuh melakukan berbagai terobosan baru untuk menggenjot perekonomian Negeri Tirai Bambu itu.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (20/6), laporan National Bureau of Statistics harga rumah baru di China di luar yang disubsidi oleh pemerintah Mei 2016 naik di 60 kota dari 70 kota yang ada. Hanya saja memang itu artinya terjadi penurunan dari kenaikan yang terjadi di 65 kota di China pada April 2016 mendatang.
Itu pun kenaikan yang dialami terhitung lebih kecil dibanding bulan April 2016 lalu. Di Shanghai sendiri kenaikan hanya 2,3% atau lebih kecil dibanding kenaikan bulan sebelumnya.
Sedangkan di Shenzhensaw hanya naik 0,5% atau turun dibanding April 2016 yang mencapai 2,3%. Hanya memang di Xiamen, kenaikan harga mencapai 5,5%, lalu Hefei naik 51,%.
Menurut Shen Jianguang, Chief Asia Economist Mizuho Securities Asia Ltd, pemerintah perlu mencari pemicu baru seperti misalnya dengan investasi di sektor infrastruktur. Hal ini dirasa perlu dilakukan jika pemerintah China ingin mengejar target pertumbuhan ekonomi di level 6,5%.
Harus ada kebijakan yang bisa memicu daya beli masyarakat terhadap properti yang ada di China. Saat ini dinilai permintaan masih lemah dan stok rumah yang belum terjual juga masih tinggi. Pergerakannya belum seperti yang diharapkan oleh para pembuat kebijakan.
Memang insentif dan dorongan untuk membeli properti itu perlu dilakukan di kota-kota kecil di China. Karena untuk di Shanghai dan Shenzen sendiri harga rumah sudah menunjukkan kenaikan seperti yang diharapkan.
“Kenaikan harga rumah di Mei 2016 ini terjadi karena ada insentif kredit dan pelonggaran pembelian yang dilakukan. Itu hanya positif untuk jangka pendek, sedangkan keberlanjutan belum tentu bisa dipertahankan di beberapa kota,” analisis Xia Dan, Shanghai based analyst Bank of Communications Co.