Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Meningkatnya kekerasan terjadi saat Israel merayakan "Hari Yerusalem", menandai pendudukannya atas Yerusalem Timur dalam perang Arab-Israel tahun 1967.
Dalam upaya meredakan ketegangan, polisi mengubah rute pawai tradisional Hari Yerusalem, di mana ribuan pemuda Yahudi yang mengibarkan bendera Israel akan berjalan melalui Kota Tua dekat Gerbang Damaskus, yang merupakan titik nyala dalam beberapa pekan terakhir.
Tetapi meskipun masalah telah mereda pada tengah pagi, ada titik panas ketegangan lainnya, termasuk lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang terletak di utara Kota Tua. Di wilayah ini, sejumlah keluarga Palestina menghadapi penggusuran dari rumah-rumah yang diklaim oleh pemukim Yahudi dalam waktu yang lama.
Baca Juga: Arab Saudi dan UEA mengutuk Israel atas bentrokan dengan warga Palestina di Al-Aqsa
Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Gaza, menuntut agar Israel segera menarik mundur anggota kepolisiannya dari Al-Aqsa dan Sheikh Jarrah, Mereka menetapkan pukul 6 sore sebagai batas waktu penarikan pasukan.
Mengutip Reuters, Israel memandang semua wilayah Yerusalem sebagai ibukotanya, termasuk bagian timur yang dianeksasi setelah perang 1967. Tindakan ini belum mendapat pengakuan internasional. Sementara itu, Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara mereka di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel.
Baca Juga: PBB mendesak Israel untuk hentikan penggusuran kawasan pengungsi Palestina