Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
Pada bulan Desember, para dokter di Wuhan mulai memperhatikan peningkatan jumlah orang yang menderita pneumonia misterius. Tes untuk flu dan patogen lainnya kembali negatif.
Sebuah tim dari Institut Virologi Wuhan yang dipimpin oleh Shi Zhengli melacak asal-usulnya ke virus kelelawar yang ditemukan di gua gunung dekat perbatasan China-Myanmar.
Baca Juga: Kasus impor corona capai 693 kasus, China waspada serangan gelombang dua
Kedua virus tersebut berbagi lebih dari 96% gen mereka, tetapi virus kelelawar tidak dapat menginfeksi manusia. Virus ini tidak memiliki protein untuk mengikat dengan reseptor dalam sel manusia.
Coronavirus dengan protein serupa kemudian ditemukan di trenggiling Malaya oleh tim terpisah dari Guangzhou dan Hong Kong, yang membuat beberapa peneliti percaya bahwa rekombinasi genom telah terjadi antara virus kelelawar dan trenggiling.
Tetapi menurut Andersen dan rekan-rekannya, strain baru atau SARS-Cov-2, memiliki mutasi pada gennya yang dikenal sebagai situs pembelahan polibas yang tidak terlihat dalam virus corona yang ditemukan pada kelelawar atau trenggiling.
Baca Juga: Inggris dikabarkan marah besar dengan China soal penanganan covid-19
Mutasi ini, menurut penelitian terpisah oleh para peneliti dari China, Prancis dan AS, dapat menghasilkan struktur unik dalam protein virus untuk berinteraksi dengan furin, enzim yang didistribusikan secara luas dalam tubuh manusia.