Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Kekhawatiran di Pasar dan Konsumsi
Meskipun indeks saham Eropa cukup stabil karena berita kesepakatan gencatan senjata 30 hari antara Ukraina dan Rusia, laporan keuangan Puma dan Inditex (pemilik Zara) menunjukkan bahwa ketidakpastian perdagangan mulai memukul daya beli masyarakat.
Saham Puma anjlok hampir 25% ke level terendah dalam sembilan tahun setelah perusahaan memprediksi pertumbuhan penjualan yang lebih lambat akibat lemahnya permintaan di AS dan China.
Sementara itu, Inditex mencatat awal tahun yang lambat sejak 1 Februari, terutama di AS, yang merupakan pasar terbesar kedua mereka. Sahamnya turun lebih dari 8% ke level terendah sejak Agustus.
CEO Inditex Oscar Garcia Maceiras tetap optimistis dengan pasar AS meskipun menghadapi ketidakpastian akibat perang dagang.
Namun, ia mengakui bahwa dinamika geopolitik yang terus berubah membuat perencanaan jangka panjang menjadi sulit.
Sejak awal tahun, lebih dari 900 dari 1.500 perusahaan terbesar AS telah menyebut dampak tarif dalam laporan keuangan mereka atau dalam diskusi dengan investor, menurut data LSEG.
Baca Juga: Trump Lipat Gandakan Tarif Impor Baja dan Aluminium Kanada, Pasar Keuangan Terguncang
Tarif baru juga telah mendorong harga aluminium di AS ke rekor tertinggi, dan meskipun data terbaru menunjukkan inflasi AS meningkat lebih lambat dari perkiraan pada Februari, tarif impor diperkirakan akan menaikkan harga barang dalam beberapa bulan ke depan.
Di Jerman, distributor bahan kimia Brenntag memperingatkan bahwa 2025 akan tetap menjadi tahun yang penuh tantangan karena ketidakpastian ekonomi dan politik global.
CEO Brenntag Christian Kohlpaintner mengatakan bahwa perusahaannya relatif terlindungi dari beban tarif karena mengandalkan sumber bahan baku dan penjualan lokal. Namun, ia menilai kondisi global saat ini sangat tidak menentu.
"Risiko terbesarnya adalah perusahaan berhenti berinvestasi, dan konsumen juga menunda pembelian," kata Justin Onuekwusi, kepala investasi di St. James's Place.