Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Dari Imigran Gelap hingga Raja Media
Lahir dari latar belakang miskin, Lai muda hidup keras di jalanan Guangzhou sebelum melarikan diri ke Hong Kong pada 1961 dengan menumpang kapal nelayan.
Dari kondisi serba kekurangan, ia membangun pabrik sendiri dan mendirikan jaringan ritel pakaian Giordano yang sukses di Asia.
Peristiwa berdarah Lapangan Tiananmen pada Juni 1989 menjadi titik balik hidupnya, mendorong Lai semakin aktif dalam jurnalisme dan aktivisme.
Ia mendirikan Next Magazine pada 1990. Setelah gerai Giordano di China daratan diboikot pada pertengahan 1990-an akibat aktivitas politiknya, Lai menjual bisnis tersebut dan menggunakan hasilnya untuk meluncurkan Apple Daily pada 1995.
Tabloid tersebut dikenal tajam dan kontroversial memadukan berita kriminal, skandal seks, balap kuda, hingga investigasi elite Hong Kong dan China dan dengan cepat meraih popularitas.
Baca Juga: Mata Uang Asia Bergerak Terbatas Senin (15/12) Pagi, Dolar Taiwan Paling Loyo
Lai kerap melontarkan kritik pedas. Ia pernah menyebut mantan Perdana Menteri China Li Peng dengan istilah penghinaan berat, serta secara terbuka menyebut Presiden Xi Jinping sebagai “diktator”.
“Semakin banyak informasi yang Anda miliki, semakin Anda tahu. Semakin Anda tahu, semakin Anda bebas,” ujar Lai dalam persidangan.
Beijing, saat mengambil alih Hong Kong pada 1997, menjanjikan kebebasan luas dan otonomi tinggi melalui skema “satu negara, dua sistem”.
Namun para pengkritik, termasuk Lai, menilai janji tersebut terkikis oleh penerapan undang-undang keamanan nasional.
Pada 2014, saat Gerakan Payung (Umbrella Movement), Lai sempat ditangkap namun terhindar dari hukuman penjara.
Pada 2019, ketika jutaan warga turun ke jalan menentang cengkeraman China, media pemerintah menyebut Lai sebagai “kekuatan jahat”.
“Kita harus fleksibel, inovatif, dan sabar—tetapi tetap bertahan,” kata Lai kala itu.
Baca Juga: Produksi Industri China November Tumbuh 4,8%, Penjualan Ritel Melambat
‘Tahanan Politik’ dan Harga Sebuah Perlawanan
Pernah masuk daftar 40 orang terkaya Hong Kong versi Forbes pada 2008 dengan kekayaan HK$1,2 miliar, aset dan saham Lai di perusahaan media Next Digital dibekukan pada 2021. Langkah ini mematikan arus kas dan berujung pada penutupan Apple Daily.
Selama persidangan, Lai berulang kali menyebut dirinya sebagai “tahanan politik”, yang memicu teguran dari hakim.
Namun Lai bersikukuh bahwa ia berhak berbeda pendapat.
Meski menyadari perjuangannya mungkin tak berakhir baik bagi dirinya, Lai menyebut pengorbanan itu sebagai sebuah kehormatan.
Keluarganya termasuk enam anak dari dua pernikahan terus mendukungnya. Sang istri, Teresa, menghadiri lebih dari 100 hari persidangan.
Pada Oktober lalu, ia dan putrinya terlihat bertemu Paus Leo di Vatikan, di tengah kekhawatiran atas kondisi kesehatan Lai.
Baca Juga: Investasi Properti China Anjlok 15,9% hingga November 2925
“Ayah kami masuk penjara dalam kondisi mental yang kuat, dan itu masih ada. Tapi secara fisik, ia jauh lebih lemah sekarang,” kata putrinya, Claire, kepada Reuters.
Ia menyebut ayahnya mengalami nyeri punggung, diabetes, gangguan jantung, serta tekanan darah yang meningkat signifikan.
“Persidangan panjang saja sudah berat, apalagi ia terus diserang oleh jaksa dan hakim,” ujar Claire.
“Namun yang mereka buktikan justru bahwa ayah saya adalah orang yang mencintai Tuhan, mencintai kebenaran, kebebasan, dan keluarganya.”













