Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Taiwan menyatakan, angkatan bersenjatanya memiliki hak untuk menyerang balik China jika terus mendapatkan ancaman.
Pernyataan Pemerintah Taiwan ini keluar menyusul manuver agresif China yang mengirim banyak pesawat tempur melintasi garis tengah Selat Taiwan.
Perseteruan China dan Taiwan memang telah terjadi sejak lama. China sampai saat ini masih mengakui Taiwan sebagai wilayahnya dan bahkan akan "mengambil" paksa kedaulatan Taiwan jika diperlukan.
Di sisi lain, berusaha menjaga kedaulatannya sendiri di bawah pemerintahan Demokratis yang bertentangan dengan China.
Baca Juga: Jenderal AS beberkan rencana Pentagon hadapi perang nuklir dengan Rusia & China
Reuters melaporkan, pada Jumat (18/9) dan Sabtu (19/9) pekan lalu, beberapa pesawat tempur China terbang melintasi garis tengah Selat Taiwan dan masuk ke zona identifikasi pertahanan Taiwan.
Militer Taiwan bahkan telah berusaha mencegat sejumlah pesawat China tersebut untuk menjauhi wilayahnya. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen juga menyebut China sebagai ancaman bagi wilayahnya.
"Kami memiliki prosedur yang jelas mengenai tanggapan terhadap pelecehan dan ancaman dari kapal perang dan pesawat musuh," ungkap Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataan Senin (21/9) seperti dikutip Reuters.
Dalam prosedur tersebut, Taiwan memiliki hak untuk membela diri dan melawan serangan dari pihak asing. Prosedur itu menjadi acuan bagi militer Taiwan untuk bersikap terhadap manuver China belakangan.
Baca Juga: Jet China hilir mudik, Taiwan: Latihan militer China adalah ancaman bagi kawasan
Di sisi lain, Taiwan tetap tidak akan melakukan tindakan provokasi terhadap pihak lawan dan mengaku tidak takut terhadap ancaman musuh.
Belakangan, China semakin marah terhadap Taiwan karena hubungannya dengan AS semakin dekat. Bahkan dalam dua bulan terakhir, dua pejabar AS telah datang berkunjung ke Taiwan.
Negeri paman Sam, meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, telah menjadi pendukung nomor satu Taiwan yang selama ini memperjuangkan pemerintahan demokrasi.
China juga menyoroti adanya rencana penjualan senjata dalam jumlah besar dari AS ke Taiwan.