Sumber: CNN | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Iran telah bersumpah untuk membalas dendam setelah serangan udara Amerika Serikat membunuh jenderal top mereka, Qasem Soleimani. Pembalasan lewat kekuatan militer dinilai bukan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh Iran.
Pasalnya, serangan siber dinilai sejumlah pengamat sebagai cara lain yang bisa dilakukan Iran untuk membalas dendam.
Baca Juga: Hubungan memanas, AS tolak visa Menlu Iran untuk hadiri acara PBB di New York
"Iran memiliki sejarah panjang serangan siber bermotivasi politik di seluruh dunia," tulis analis Evercore Ken Talanian dan Kirk Materne dalam catatan yang dikutip CNN Business.
"Serangan-serangan itu sering mengikuti perubahan pada sanksi yang berikan AS," lanjutnya.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, telah bersumpah akan melakukan balas dendam keras atas pembunuhan Soleimani, kepala Pasukan Pengawal Revolusi Islam Pasukan Quds. Pemerintahan Trump mengatakan Soleimani yang harus disalahkan atas serangan mematikan di Timur Tengah.
Dari semua alat yang harus dibalas Teheran, termasuk militernya yang besar, proksi yang didukung Iran di sekitar Timur Tengah, dan operasi disinformasi yang kuat, para ahli percaya kemungkinan akan menimbulkan kerusakan melalui serangan dunia maya.
Baca Juga: Respons Kepala Pentagon soal desakan pasukan AS keluar dari Irak
"Pembunuhan Soleimani melewati ambang batas yang signifikan dalam konflik AS-Iran," kata Kiersten Todt, Direktur Pelaksana Cyber Readiness Institute.
"Orang Iran pasti akan berusaha membalas. Dari opsi yang tersedia bagi mereka, dunia maya adalah yang paling menarik," lanjut dia.
Serangan dunia maya memiliki beberapa keuntungan, kata profesor ilmu komputer Universitas Columbia Steven Bellovin kepada CNN Business.
"Pertama, mereka lebih bisa disangkal. Jika ada serangan rudal di pangkalan AS atau seorang diplomat diculik, itu jauh lebih mudah dilacak," katanya.
"Kedua, hal itu tidak membahayakan personelmu sendiri," katanya.
Baca Juga: Pimpin doa untuk Soleimani, Pemimpin Tertinggi Iran teteskan air mata
Iran memiliki kemampuan cyber yang kuat, seperti yang ditunjukkan oleh sejarah.
Dari akhir 2011 hingga pertengahan 2013, peretas Iran menargetkan bank-bank besar seperti JPMorgan Chase, Bank of America dan Wells Fargo dengan serangan 'penolakan layanan' yang besar.
Akibat serangan ini, pelanggan mengalami kesulitan untuk masuk ke akun mereka dan mengakses uang mereka.
Bank-bank kewalahan oleh lalu lintas dalam jumlah besar yang menyebabkan situs web mereka macet. Tujuh orang Iran didakwa pada tahun 2016 oleh dewan juri New York atas peretasan tersebut.
Tujuh orang tersebut dipekerjakan oleh dua perusahaan Iran yang bekerja untuk pemerintah Iran.
Baca Juga: Beda dengan Trump, Menhan AS tidak akan serang situs budaya Iran
Selain itu, pada 2013 peretas Iran menyusup ke sistem kontrol bendungan New York, meningkatkan kekhawatiran bahwa infrastruktur Amerika bisa menjadi sasaran secara diam-diam.
Pada 2018, sembilan warga Iran dituduh melakukan peretasan terhadap ratusan universitas dan perusahaan untuk mencuri data dan kekayaan intelektual mereka.