kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.487.000   72.000   2,98%
  • USD/IDR 16.610   15,00   0,09%
  • IDX 8.238   149,11   1,84%
  • KOMPAS100 1.145   25,73   2,30%
  • LQ45 820   23,58   2,96%
  • ISSI 290   4,46   1,56%
  • IDX30 429   13,21   3,18%
  • IDXHIDIV20 487   16,89   3,59%
  • IDX80 127   2,85   2,30%
  • IDXV30 135   1,26   0,95%
  • IDXQ30 136   4,84   3,69%

Tanda Bahaya dari China: Ekspor Ngebut, Domestik Melemah, Risiko Krisis Mengintai


Selasa, 21 Oktober 2025 / 07:46 WIB
Tanda Bahaya dari China: Ekspor Ngebut, Domestik Melemah, Risiko Krisis Mengintai
ILUSTRASI. Pertumbuhan ekonomi China melambat ke level terendah dalam setahun pada kuartal III 2025, ketika lemahnya permintaan domestik membuat negeri itu kembali bergantung pada sektor ekspor. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Fokus Rencana Lima Tahun Terbaru

Seruan agar Beijing melakukan reformasi struktural demi memperkuat konsumsi domestik semakin keras menjelang rapat penting Partai Komunis pekan ini. Forum elite tersebut akan membahas arah pembangunan ekonomi dalam rencana lima tahun mendatang.

Meski kemungkinan akan muncul janji memperkuat permintaan domestik, Beijing juga diperkirakan akan menekankan pentingnya terobosan teknologi dan modernisasi industri sebagai prioritas keamanan nasional.

Arah ini bisa membuat aliran sumber daya ekonomi tetap berpihak pada sektor manufaktur, bukan rumah tangga. Padahal, perubahan model pertumbuhan menuju konsumsi domestik akan membantu meredakan ketegangan dagang dan menjadikan China penyumbang permintaan global yang lebih besar.

Untuk saat ini, Beijing belum menunjukkan tanda akan melunak di sektor industri. Sebaliknya, China berhasil memperluas pasar ekspor ke luar AS: penjualan ke Amerika Serikat turun 27% (yoy) bulan lalu, tetapi ekspor ke Uni Eropa naik 14%, ke Asia Tenggara 15,6%, dan ke Afrika melonjak 56,4%.

China juga memanfaatkan dominasinya dalam produksi logam tanah jarang (rare earths) sebagai alat tawar terhadap Washington. Langkah ini memicu ancaman baru dari Presiden Trump untuk menaikkan tarif hingga 100 poin persentase, yang setara dengan embargo perdagangan terselubung antara dua ekonomi terbesar dunia.

Baca Juga: Ekonomi China Jatuh ke Level Terendah

Namun, sebagian analis menilai Beijing merasa lebih siap menanggung dampaknya.

“Secara relatif, posisi China lebih kuat daripada AS,” kata Yuan Yuwei, manajer hedge fund di Water Wisdom Asset Management. “Pekerja di China mungkin harus hidup lebih hemat, tapi mereka jarang turun ke jalan. Di AS, pemotongan gaji 10–20% saja bisa memicu protes besar. China bisa bertahan lebih lama.”




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×