Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - DETROIT/WASHINGTON. Industri otomotif Amerika Serikat (AS) dan produsen globalnya terguncang pada Rabu (26/3).
Setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penerapan tarif 25% untuk semua kendaraan dan suku cadang otomotif yang diimpor ke AS.
Jika diberlakukan dalam jangka panjang, tarif ini berpotensi menambah ribuan dolar pada harga rata-rata kendaraan di AS dan menghambat produksi mobil di seluruh Amerika Utara.
Hal ini disebabkan oleh jaringan manufaktur yang telah saling terhubung antara AS, Kanada, dan Meksiko selama lebih dari tiga dekade.
Menurut perusahaan riset GlobalData, hampir setengah dari seluruh mobil yang terjual di AS tahun lalu berasal dari impor.
Baca Juga: Trump Mengguncang Industri Otomotif, Umumkan Tarif 25% untuk Mobil Impor
Dampak Langsung di Pasar Saham
Pengumuman ini memicu aksi jual saham otomotif. Saham General Motors anjlok 8% dalam perdagangan setelah pasar tutup. Sementara Ford dan Stellantis, induk perusahaan Chrysler, masing-masing turun sekitar 4,5%.
Di Asia, saham Toyota, Honda, dan Hyundai turun antara 3% hingga 4%. Sementara itu, saham Tesla, yang memproduksi semua kendaraannya di AS tetapi masih bergantung pada beberapa komponen impor, turun 1,3%.
Trump menyatakan bahwa tarif ini dapat berdampak netral atau bahkan menguntungkan Tesla.
Namun, CEO Tesla, Elon Musk, menanggapi di platform X bahwa kebijakan ini tetap akan berdampak pada harga suku cadang yang diimpor.
"Dampaknya terhadap biaya tidak bisa dianggap remeh," tulis Musk.
Baca Juga: Penguatan 5 Hari Beruntun Bursa Australia Terhenti Kamis (27/3), Dipicu Tarif Baru AS
Reaksi dari Pelaku Industri
Kebijakan tarif ini menambah ketidakpastian bagi bisnis dan mengguncang pasar global.
Trump berulang kali menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan mendorong investasi otomotif di AS dibandingkan Kanada atau Meksiko.
Namun, Autos Drive America, kelompok yang mewakili produsen mobil asing seperti Honda, Hyundai, Toyota, dan Volkswagen, memperingatkan bahwa tarif ini akan menaikkan biaya produksi, mengurangi pilihan konsumen, serta berpotensi memangkas lapangan kerja di sektor manufaktur AS.
Sejak 1994, produsen mobil Amerika Utara menikmati perdagangan bebas. Namun, Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA) yang disahkan Trump pada 2020 memperkenalkan aturan baru untuk meningkatkan produksi konten regional.
Tarif 25% yang diberlakukan pada awal Maret terhadap kendaraan dari Kanada dan Meksiko sempat mendapatkan pengecualian satu bulan untuk mobil yang mematuhi aturan USMCA.
Namun, aturan baru ini tidak lagi memberikan kelonggaran tersebut.
"Perusahaan yang telah menginvestasikan ratusan juta hingga miliaran dolar dalam pabrik di Kanada dan Meksiko kemungkinan akan mengalami penurunan laba yang drastis dalam beberapa kuartal ke depan, atau bahkan bertahun-tahun," kata Sam Fiorani, analis AutoForecast Solutions.
Baca Juga: Kanada akan Segera Menanggapi Serangan Trump, Ini yang Bakal Dilakukan
Dampak pada Produksi dan Harga Kendaraan
Gedung Putih mengumumkan bahwa tarif 25% untuk suku cadang otomotif, termasuk mesin, transmisi, komponen powertrain, dan perangkat elektronik, akan mulai berlaku paling lambat 3 Mei.
Pihak importir kendaraan di bawah USMCA masih dapat mengajukan sertifikasi kandungan AS dalam produk mereka agar hanya komponen non-AS yang dikenakan tarif.
Sebelum pengumuman ini, Cox Automotive memperkirakan bahwa tarif ini dapat meningkatkan harga kendaraan buatan AS sebesar US$3.000 (sekitar Rp47 juta) dan kendaraan dari Kanada atau Meksiko sebesar US$6.000 (sekitar Rp94 juta).
Jika tarif ini benar-benar diberlakukan, Cox memperkirakan produksi kendaraan di Amerika Utara akan terganggu secara signifikan, dengan potensi pengurangan 20.000 unit kendaraan per hari atau sekitar 30% dari total produksi.
Baca Juga: Vietnam Pangkas Tarif Impor Produk AS untuk Hindari Sanksi Dagang Trump
Meskipun banyak pihak industri menentang kebijakan ini, Serikat Pekerja Otomotif (UAW) justru menyambut baik langkah Trump.
“Dengan tarif ini, ribuan pekerjaan manufaktur bergaji tinggi bisa kembali ke komunitas kelas pekerja di AS hanya dalam beberapa bulan, cukup dengan menambah shift kerja atau membuka lini produksi baru di pabrik otomotif yang saat ini kurang dimanfaatkan,” ujar Presiden UAW, Shawn Fain.