Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Minim Konsultasi Publik
Dave Hopkins, pengamat politik AS dari Boston College, menyayangkan keputusan Trump menyerang Iran yang dilakukan tanpa membangun dukungan atau narasi terlebih dahulu kepada publik.
"Selama ini, kita tidak melihat Iran diposisikan sebagai musuh utama atau ancaman langsung bagi AS," kata Hopkins.
Namun Gedung Putih membela aksi Trump sebagai langkah vital dan sukses.
"Dalam 48 jam, Presiden Trump telah mencapai sesuatu yang hanya bisa diimpikan oleh pendahulunya—kemampuan nuklir Iran dihancurkan lewat Operasi Midnight Hammer, gencatan senjata dicapai, dan dunia kini lebih aman," kata juru bicara Anna Kelly.
Baca Juga: Trump Deklarasikan Gencatan Senjata Iran-Israel: Apakah Damai Benar-Benar Terwujud?
Dilema Janji Politik
Menurut Hopkins, klaim Trump bahwa ia memaksakan gencatan senjata adalah bagian dari pola kepemimpinannya yang sering berlebihan.
Saat kampanye, Trump menjanjikan bisa mengakhiri perang di Ukraina dan Gaza, namun kenyataannya ia belum mampu "menundukkan" Moskow maupun Yerusalem. Bahkan, dalam kasus Iran, AS justru mengikuti langkah Israel, bukan sebaliknya.
Langkah Trump ini mencerminkan pendekatannya di periode kedua berani bertindak cepat dan besar tanpa perlu persetujuan luas.
Tanpa tekanan pemilu dan dengan dukungan Kongres yang didominasi Partai Republik, Trump menjalankan pemerintahan secara sepihak.
Sejak awal masa jabatan keduanya, Trump telah memecat ribuan pegawai pemerintah, menyetujui razia imigrasi yang memicu demonstrasi, membatasi arus perdagangan global dengan tarif, dan kini meluncurkan serangan terhadap negara Timur Tengah.
Baca Juga: Apa Itu Gencatan Senjata? Ini Arti Klaim Donald Trump dan Situasi Israel-Iran Terkini
Resistensi Politik
Allison Stanger, ilmuwan politik dari Middlebury College, memperingatkan bahwa dampak politik dari tindakan Trump mungkin tidak langsung terasa.
"Risiko terbesar Trump bukanlah eskalasi mendadak, tapi akumulasi perlahan dari rasa frustrasi dan ketidakpuasan baik di dalam maupun luar negeri," ujarnya.