Sumber: TASS | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Sejak ditemukan akhir tahun 2019 lalu, kini virus corona penyebab penyakit COVID-19 diketahui telah bermutasi menjadi ratusan jenis yang berbeda.
Seorang pakar virus Rusia menyampaikan bahwa sejak virus corona baru muncul akhir tahun lalu, sekarang virus sudah mampu berubah dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang beragam.
"Kita tahu bahwa virus itu bermutasi, dan telah ada ratusan mutasi berbeda di seluruh dunia. Bukti penelitian tentang bagaimana mutasi tersebut memengaruhi perilaku virus masih langka (dipelajari)," ungkap Alexander Lukashev, virologist dari Sechenov First Moscow State Medical University dalam wawancaranya dengan Rossiya-24 TV, Selasa (2/12).
Baca Juga: Bukan hanya gejala corona, ini penyebab lain kehilangan indra penciuman
Dikutip dari TASS, Lukashev juga menjelaskan bahwa satu penelitian yang dilakukan di AS mengungkap virus bereplikasi sepuluh kali lebih lambat daripada jenis aslinya.
Berdasarkan temuan tersebut, peneliti percaya ini merupakan langkah awal menuju penurunan virulensi dalam proses mengadaptasi dirinya sendiri ke inang baru.
"Tapi kami tidak bisa mengatakan dengan pasti apakah tingkat kematian akan bisa menurun," lanjut Lukashev.
Menurut Lukashev, tingkat kematian yang telah diamati sejauh ini tidak mencerminkan kinerja dan prevalensi virus. Data hanya menunjukkan berapa banyak kasus ringan yang terdaftar.
Baca Juga: Facebook mulai bersih-bersih postingan hoax terkait vaksin corona
Penurunan jumlah kasus di beberapa wilayah tidak terjadi karena mutasi virus, melainkan karena banyak kasus ringan yang tidak terdaftar dan diatasi dengan tepat.
Virus corona baru dilaporkan pada Desember 2019
Pada akhir Desember 2019, otoritas China memberi laporan kepada WHO tentang wabah pneumonia misterius yang muncul di kota Wuhan.
Sejak saat itu, penyakit akibat virus tersebut dinamai COVID-19 dan mulai muncul di seluruh dunia. Pada 11 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi.
Data terbaru menunjukkan saat ini ada sekitar 63,3 juta orang telah terinfeksi di seluruh dunia dan lebih dari 1,4 juta kematian telah dilaporkan.