CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.343.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.760   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.381   19,30   0,23%
  • KOMPAS100 1.162   3,20   0,28%
  • LQ45 845   1,81   0,21%
  • ISSI 293   1,18   0,40%
  • IDX30 441   0,51   0,12%
  • IDXHIDIV20 512   1,02   0,20%
  • IDX80 130   0,32   0,24%
  • IDXV30 135   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 141   0,35   0,25%

Terbongkar: China Diam-Diam Jadi Kreditor Terbesar AS Lewat Pinjaman Tersembunyi


Rabu, 19 November 2025 / 04:43 WIB
Terbongkar: China Diam-Diam Jadi Kreditor Terbesar AS Lewat Pinjaman Tersembunyi
ILUSTRASI. AS telah bertahun-tahun memperingatkan negara lain agar menghindari pinjaman dari bank milik negara China. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.


Sumber: Associate Press | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat telah bertahun-tahun memperingatkan negara lain agar menghindari pinjaman dari bank-bank milik negara China yang dianggap mendukung ambisi Beijing sebagai kekuatan global. Namun laporan baru menunjukkan ironi besar: Amerika Serikat justru menjadi penerima pinjaman terbesar—jauh di atas negara lain. Dampaknya terhadap keamanan dan teknologi masih belum sepenuhnya dipahami.

Mengutip AP, menurut AidData, sebuah laboratorium riset di College of William & Mary, Virginia, bank-bank milik negara China telah menyalurkan dana sebesar US$ 200 miliar ke bisnis di Amerika Serikat dalam 25 tahun terakhir. Namun banyak pinjaman tersebut tidak terdeteksi karena dialihkan terlebih dahulu melalui perusahaan cangkang di Cayman Islands, Bermuda, Delaware, dan lokasi lain sehingga asal dananya tampak samar.

Yang lebih mengkhawatirkan, sebagian besar pinjaman itu digunakan untuk membantu perusahaan China membeli saham di bisnis Amerika, termasuk perusahaan teknologi kritis terkait keamanan nasional seperti produsen robotika, perusahaan semikonduktor, dan perusahaan bioteknologi.

Laporan tersebut menemukan jaringan pinjaman global yang lebih luas dan sistematis dibanding perkiraan sebelumnya—melibatkan negara maju seperti Inggris, Jerman, Australia, Belanda, dan sekutu utama AS lainnya.

“China sedang bermain catur sementara kita masih bermain dam,” kata William Henagan, mantan penasihat investasi Gedung Putih, yang khawatir pinjaman tersembunyi ini memberi China kendali strategis atas teknologi penting. 

Baca Juga: Washington Tarik Rudal dari Jepang di Tengah Ancaman Balasan China

Henagan menambahkan, “Peperangan masa depan akan dimenangkan atau kalah berdasarkan kemampuan mengendalikan produk yang menopang perekonomian.”

Pengawasan Kian Ketat

AS tetap membuka diri terhadap investasi asing, dan Presiden Donald Trump bahkan mendorongnya. Namun dana yang berasal dari China mendapat pengawasan khusus karena rivalitas geopolitik kedua negara.

Kesepakatan bisnis yang dibiayai bank milik negara China—yang menjadi fokus laporan AidData—dianggap bermasalah karena bank-bank tersebut berada di bawah kendali pemerintah pusat dan Komisi Keuangan Partai Komunis China, dengan mandat mendukung tujuan strategis Beijing.

Secara total, China telah meminjamkan lebih dari US$ 2 triliun ke seluruh dunia antara 2000–2023—dua kali lipat estimasi tertinggi sebelumnya, dengan porsi signifikan diarahkan ke mineral kritis dan aset teknologi canggih seperti rare earth dan semikonduktor yang digunakan dalam jet tempur, kapal selam, radar, rudal presisi, dan jaringan telekomunikasi.

Baca Juga: Gedung Putih Menuduh Alibaba Membantu Militer China Menargetkan AS

“AS, baik di bawah pemerintahan Biden maupun Trump, sudah bertahun -tahun menuding China sebagai pemberi pinjaman predator,” ujar Brad Parks dari AidData. “Ironinya sangat besar.”

Menjadi Lebih Sulit Dideteksi

Selama ini sulit mendapatkan gambaran utuh mengenai pinjaman tersebut karena banyak transaksi disembunyikan melalui kontrak rahasia, perusahaan perantara bernama Barat, dan pelabelan ganda yang membuatnya tampak sebagai pembiayaan swasta biasa.

“Kurangnya transparansi menunjukkan sejauh apa China melangkah untuk menyembunyikan jejak pendanaannya,” kata Scott Nathan, mantan kepala U.S. International Development Finance Corp.

Sejak 2023, pengawasan AS mulai membaik. Komite Investasi Asing Amerika Serikat (CFIUS) diperkuat untuk melindungi sektor sensitif. Namun China juga menyesuaikan strategi dengan membuka lebih dari seratus cabang bank di luar negeri yang menyalurkan pinjaman melalui perusahaan offshore.

“Di tempat yang lebih banyak penjaga pintu, China menemukan cara melewatinya,” ujar Parks.

Tonton: Indonesia Peringkat 4 Cadangan Emas Terbesar Dunia, Lampaui AS dan China

Ke Mana Pinjaman Itu Mengalir?

Pendanaan bank negara China telah masuk ke berbagai proyek di AS—mulai wilayah timur laut, Great Lakes, Pantai Barat, hingga Gulf of America (nama baru Teluk Meksiko versi Trump). Banyak pinjaman menargetkan industri berteknologi tinggi.

Contohnya:

2015: Bank negara China meminjamkan US$ 1,2 miliar untuk membeli 80% saham Ironshore, perusahaan asuransi AS yang memiliki klien CIA dan FBI. Setelah asal dana diketahui, regulator AS memaksa divestasi.

2016: Export-Import Bank of China memberikan US$ 150 juta untuk mengakuisisi perusahaan robotika di Michigan.

Setelah peluncuran strategi industri "Made in China 2025", porsi investasi China ke bidang sensitif melonjak dari 46% menjadi 88%.

Beberapa akuisisi serupa di AS dan Eropa kemudian dibatalkan setelah penyelidikan menemukan keterlibatan pemerintah China.

Melacak Jejak Dana

Untuk mengungkap jaringan ini, AidData menelusuri dokumen regulasi, kontrak privat, dan laporan bursa di lebih dari 200 negara. Penelitian yang awalnya fokus pada Belt & Road Initiative kemudian berkembang ketika tim menemukan bahwa porsi signifikan pinjaman justru masuk ke negara maju, bukan hanya negara berkembang.

Laporan ini menyimpulkan bahwa tujuan pinjaman negara China telah bergeser dari pembangunan ekonomi ke pencapaian kontrol geopolitik dan akses teknologi penting.

“Ada kekhawatiran global bahwa ini adalah upaya sistematis untuk menguasai titik-titik kritis rantai ekonomi dunia,” kata Brad Setser, penasihat Perwakilan Dagang AS. “Memahami apa yang mereka lakukan menjadi krusial—karena mereka jelas tidak ingin itu mudah dilacak.”

Kesimpulan 

Laporan AidData menunjukkan ironi geopolitik besar: Amerika Serikat yang selama ini memperingatkan negara lain soal “jebakan pinjaman China” justru menjadi penerima terbesar, termasuk untuk akuisisi perusahaan teknologi sensitif melalui struktur keuangan kompleks dan perusahaan offshore. Temuan ini mengungkap skala dan kedalaman strategi keuangan Beijing yang dirancang bukan sekadar sebagai investasi global, tetapi sebagai alat untuk memperoleh leverage teknologi, akses intelijen, dan pengaruh ekonomi strategis di negara-negara maju—menyulut pertanyaan serius tentang keamanan nasional, transparansi finansial, dan kemampuan AS serta sekutunya untuk menutup celah tersebut sebelum terlambat.

Selanjutnya: RUPSLB Restui Spin-off UUS BTN, Merger ke BSN Rampung 2025

Menarik Dibaca: Pakai Gratis 20 Twibbon Galungan dan Kuningan 2025 Terbaru Ini




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×