Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The U.S. Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan memangkas suku bunga pada Rabu (11 Desember 2025), saat para pembuat kebijakan menghadapi kesenjangan data ekonomi akibat penutupan pemerintah (government shutdown) baru-baru ini dan mencoba menyeimbangkan pandangan berbeda terkait risiko ekonomi.
Pemangkasan seperempat poin persentase ini diperkirakan akan disertai pendekatan yang tidak mengikat, atau bahkan cenderung hawkish, terkait jalur suku bunga tahun depan.
Hal ini mencerminkan perpecahan di antara para pembuat kebijakan: sebagian skeptis terhadap perlunya pemangkasan lebih lanjut karena inflasi masih tinggi, sementara sebagian lainnya khawatir ekonomi dan pasar tenaga kerja akan melemah jika biaya pinjaman tidak diturunkan.
Proyeksi Ekonomi dan Suku Bunga 2026
Bersamaan dengan keputusan suku bunga, Fed akan merilis proyeksi ekonomi kuartalan terbaru, yang memperlihatkan pandangan para pejabat tentang ekonomi AS di 2026 dan jalur suku bunga yang dianggap tepat.
Namun, proyeksi ini sering cepat usang karena kedatangan data baru, termasuk laporan pekerjaan dan inflasi untuk November yang tertunda akibat shutdown 43 hari. Data ini akan menjadi acuan penting bagi FOMC untuk menentukan kebijakan secara hati-hati, meski tetap menurunkan suku bunga ke rentang 3,50%-3,75%.
Baca Juga: Yuan Stabil, Pasar Menanti Keputusan The Fed dan Sinyal Kebijakan China
Analis TD Securities menulis, “Kami memperkirakan FOMC akan memangkas 25 basis poin minggu ini dengan panduan yang lebih hawkish. Keputusan ini kemungkinan sama atau lebih kontroversial daripada Oktober lalu.”
Data Inflasi dan Pasar Tenaga Kerja
Data terakhir Fed terkait inflasi dan pekerjaan berasal dari September 2025, dengan tingkat pengangguran naik tipis ke 4,4% dan inflasi inti mencapai 2,8% dibanding target 2%. Laporan terbaru menunjukkan biaya tenaga kerja AS naik 0,8% pada kuartal ketiga, sedikit lebih rendah dari perkiraan, menandakan risiko inflasi jasa tetap terkendali.
Carl Weinberg, Chief Economist di High Frequency Economics, menilai, “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada argumen meyakinkan untuk pemangkasan suku bunga saat ini.”
Meski begitu, pedagang kontrak berjangka suku bunga menafsirkan data ini sebagai sinyal untuk kebijakan moneter yang lebih longgar, meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga pada Rabu, sekaligus kemungkinan pemangkasan tambahan pada April 2026.
Potensi Perbedaan Pendapat di FOMC
Keputusan pada 29 Oktober 2025 menimbulkan dissent (perbedaan suara) dari anggota yang mendukung kebijakan lebih ketat maupun lebih longgar, mencerminkan risiko inflasi yang persisten dan potensi pelemahan pasar tenaga kerja.
Beberapa pejabat, termasuk Gubernur Fed Stephen Miran, telah mendukung pemangkasan 0,5 poin persentase dalam beberapa pertemuan terakhir dan kemungkinan akan melakukannya lagi. Beberapa presiden bank regional Fed juga menentang pemangkasan lebih lanjut, sehingga dissent tambahan diperkirakan terjadi.
Baca Juga: Harga Emas Naik Menjelang Keputusan Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Keputusan suku bunga, proyeksi, dan pernyataan kebijakan akan dirilis pukul 14.00 EST (19.00 GMT), dengan konferensi pers Ketua Fed Jerome Powell setengah jam kemudian.
Tantangan untuk Pemangkasan Suku Bunga Selanjutnya
Selain pemangkasan yang diperkirakan, investor memperkirakan dua pemangkasan seperempat poin lagi pada akhir 2026, menurunkan suku bunga acuan ke 3,00%-3,25%. Namun, pandangan hawkish beberapa presiden bank regional membuat ekspektasi pemangkasan lebih lanjut menjadi sulit tercapai.
Michael Feroli, Chief U.S. Economist di J.P. Morgan, menyebut: “Pandangan hawkish yang muncul di kalangan presiden bank regional dapat membuat outlook suku bunga 2026 tidak berubah dari September, dengan dukungan untuk pemangkasan minggu ini sempit dan standar lebih tinggi untuk penurunan selanjutnya.”
Hal ini bisa membuat komunikasi kebijakan Fed semakin kompleks, terutama menjelang akhir masa jabatan Powell sebagai Ketua Fed dan ketidakpastian terkait calon penggantinya, yang menurut Presiden Donald Trump dipilih sebagian berdasarkan kesiapan untuk menurunkan biaya pinjaman.
Perdebatan utama tetap: apakah pemangkasan suku bunga diperlukan untuk mencegah pelemahan pasar tenaga kerja, atau justru berisiko memperparah inflasi, terutama dengan potensi dorongan belanja dari kebijakan pajak Trump.













