kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tidak takut gagal lagi, Iran bakal meluncurkan satelit


Senin, 03 Februari 2020 / 22:06 WIB
Tidak takut gagal lagi, Iran bakal meluncurkan satelit
ILUSTRASI. Gambar Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Kepala Pasukan Quds Iran, yang terbunuh dalam serangan udara di Bandara Baghdad, terlihat di depan gedung bekas Kedutaan Besar Amerika Serikat di Teheran, Iran, 21 Januari 2020.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - DUBAI. Iran akan meluncurkan satelit ke orbit pada akhir pekan ini. Peluncuran ini sebagai bagian dari program awal, yang Amerika Serikat (AS) sebut sebagai kedok untuk pengembangan rudal balistik.

"Kami tidak takut akan kegagalan dan kami tidak akan kehilangan harapan. Dengan doa dan kepercayaan Anda kepada Tuhan, satelit Zafar pada akhir minggu ini akan menuju ke orbit 530 kilometer dari Bumi," kata Menteri Teknologi Informasi dan Komunikasi Iran Mohammad Javad Azari-Jahromi dalam kicauan di Twitter, Senin (3/2), seperti dikutip Reuters.

Tahun lalu, Iran setidaknya dua kali gagal dalam peluncuran satelit. Negeri Mullah meluncurkan satelit pertama bertajuk Omid (Harapan) pada 2009 dan satelit Rasad (Pengamatan) di Juni 2011 lalu. 

Baca Juga: Rekaman percakapan pilot bocor, Iran berang dengan Ukraina

Teheran mengatakan pada 2012, mereka berhasil menempatkan satelit ketiganya bernama Navid (Janji) yang merupakan produksi dalam negeri ke dalam orbit.

AS khawatir teknologi balistik jarak jauh yang Iran gunakan untuk meluncurkan satelit ke orbit juga bisa dipakai untuk meluncurkan hulu ledak nuklir. 

Tapi, Teheran menyangkal, aktivitas satelit adalah kedok untuk pengembangan rudal dan mengatakan, tidak pernah mengejar pengembangan senjata nuklir.

Pemerintahan Donald Trump memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran setelah Washington pada 2018 menarik diri dari perjanjian internasional yang dirancang untuk mengekang program nuklir Iran.

Baca Juga: Tiga roket menghantam kedutaan besar AS di Baghdad

Trump menyatakan, kesepakatan nuklir tidak cukup jauh dan tidak termasuk pembatasan pada program rudal Teheran.

Ketegangan antara Teheran dan Washington mencapai tingkat tertinggi dalam beberapa dekade setelah komandan militer Iran Qassem Soleimani tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS pada 3 Januari. 

Pembunuhan Mayor Jenderal Soleimani mendorong Iran untuk membalas dengan serangan rudal terhadap markas pasukan AS di Irak.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×