Sumber: Al Jazeera | Editor: Noverius Laoli
Serangan udara Israel pada 26 Oktober disebut sebagai respons atas serangan rudal balistik besar-besaran yang diluncurkan Iran pada 1 Oktober.
Serangan Iran tersebut melibatkan sekitar 200 rudal, sebagai balasan atas serangan Israel dalam beberapa bulan terakhir yang menewaskan pemimpin Hizbullah, Hamas, dan militer Iran.
Israel memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi konsekuensi serius jika meluncurkan serangan lagi. Kepala militer Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, menyatakan, "Jika Iran membuat kesalahan dengan meluncurkan serangan rudal lagi ke Israel, kami akan tahu bagaimana mencapai Iran dan menyerang dengan sangat keras."
Baca Juga: AS Kirim Pasukan Tambahan ke Timur Tengah Menyusul Konflik Israel-Lebanon
Ketegangan ini meningkatkan risiko konflik regional yang lebih luas, terutama mengingat perang yang sedang berlangsung di Gaza dan Lebanon, serta mendekatnya pemilihan presiden AS.
Sementara itu, militer AS, yang memiliki pasukan di seluruh Timur Tengah, telah memperkuat kehadirannya. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin memerintahkan pengerahan tambahan kapal perusak pertahanan rudal balistik, skuadron tempur, dan pesawat pengebom B-52 ke wilayah tersebut.
Pentagon menegaskan bahwa Amerika Serikat akan mengambil tindakan yang diperlukan jika Iran atau proksinya menargetkan personel atau kepentingan AS di kawasan tersebut.
Baca Juga: Pesawat Pengebom B-52 AS Telah Tiba di Timur Tengah, Peringatan untuk Iran