kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Titah presiden, seluruh Prancis akan mengalami lockdown ketiga


Kamis, 01 April 2021 / 04:50 WIB
Titah presiden, seluruh Prancis akan mengalami lockdown ketiga


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - PARIS. Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu (31/3/2021) memerintahkan Prancis untuk melakukan lockdown nasional ketiga. Dia juga mengatakan, sekolah-sekolah akan ditutup selama tiga minggu. Kebijakan ini diambil sebagai upaya untuk menekan kembali gelombang ketiga infeksi Covid-19 di negara tersebut.

Melansir Reuters, Macron terpaksa mengambil kebijakan ini seiring dengan jumlah korban tewas mendekati angka 100.000, unit perawatan intensif di daerah yang paling terpukul berada pada titik puncak, dan peluncuran vaksin yang lebih lambat dari yang direncanakan.

"Kami akan kehilangan kendali jika kami tidak bergerak sekarang," kata presiden dalam pidato yang disiarkan televisi lokal seperti dikutip Reuters.

Pengumumannya berarti bahwa pembatasan pergerakan sudah berlaku selama lebih dari seminggu di Paris, dan beberapa wilayah utara dan selatan, dan sekarang akan berlaku di seluruh negeri setidaknya selama sebulan, mulai Sabtu (3/4/2021).

Baca Juga: Waspada! Kasus virus corona global naik selama lima minggu berturut-turut

Berangkat dari janjinya untuk melindungi pendidikan dari pandemi, Macron mengatakan sekolah akan ditutup selama tiga minggu setelah akhir pekan ini.

Macron, 43 tahun, telah berusaha untuk menghindari penguncian skala besar ketiga sejak awal tahun. Akan tetapi, opsi yang dimiliki mantan bankir investasi itu menyempit karena jenis virus corona yang lebih menular melanda Prancis dan sebagian besar Eropa.

Baca Juga: Pemimpin 23 negara dukung gagasan perjanjian pandemi untuk keadaan darurat

Untuk anak-anak sekolah, setelah akhir pekan ini, pembelajaran akan dilakukan secara jarak jauh selama seminggu. Setelah itu, sekolah libur selama dua minggu.

Setelah itu, siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar akan kembali ke sekolah sementara siswa sekolah menengah dan sekolah menengah atas melanjutkan pembelajaran jarak jauh selama seminggu ekstra.

“Ini adalah solusi terbaik untuk memperlambat virus,” kata Macron, seaya menambahkan bahwa Prancis telah berhasil membuka sekolahnya lebih lama selama pandemi daripada banyak negara tetangga.

Jumlah infeksi baru setiap hari di Prancis telah berlipat ganda sejak Februari menjadi rata-rata hampir 40.000. Jumlah pasien Covid-19 dalam perawatan intensif telah menembus angka 5.000, melebihi puncak yang dicapai selama penguncian selama enam minggu akhir tahun lalu.

Baca Juga: Prancis dan Uni Eropa Selangkah Lagi Menyepakati Bailout Air France

Menurut Macron, kapasitas tempat tidur di unit perawatan mulai kritis akan ditingkatkan menjadi 10.000.

Mengutip pernyataan Kementerian Keuangan Prancis, risiko penguncian baru dapat memperlambat laju pemulihan ekonomi Prancis dari kemerosotan tahun lalu.  Kebijakan ini akan memaksa penutupan sementara 150.000 bisnis dengan biaya 11 miliar euro (US$ 12,89 miliar) per bulan.

Kemunduran ekonomi Prancis, ekonomi terbesar kedua di zona euro, juga dapat mengurangi harapan Eropa untuk bangkit kembali dengan cepat dari pandemi, seperti yang dilakukan oleh ekonomi AS dan China.

Macron mengatakan, kampanye vaksin perlu dipercepat. Hingga saat ini, baru 12% populasi di negara itu yang sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19. Salah satu penyebab rendahnya angka tersebut dipicu oleh kekurangan pasokan vaksin.

Selanjutnya: Gara-gara isu pembekuan darah, vaksin AstraZeneca makin diragukan di Eropa




TERBARU

[X]
×