Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendiri Scale AI sekaligus triliuner muda Alexandr Wang menilai kunci utama kesuksesan seorang pemimpin bisnis adalah berani melakukan sesuatu secara “berlebihan”.
Menurutnya, pemimpin harus menunjukkan upaya yang jauh melampaui batas kewajaran agar dapat membawa perusahaan mencapai hasil luar biasa.
“Sebagai pemimpin, Anda adalah batas tertinggi dari seberapa besar orang lain di perusahaan akan peduli. Anda harus melakukan lebih banyak, peduli lebih dalam, mencoba lebih keras dari yang dianggap wajar,” tulis Wang dalam blog berjudul DO TOO MUCH: How to be a leader pada Oktober 2024.
“Akan terlihat berlebihan. Tetapi terlalu banyak adalah jumlah yang tepat,” sambungnya seperti dilansir dari CNBC International, Selasa (23/9/2025).
Wang, 29 tahun, mendirikan Scale AI dan berhasil membesarkannya menjadi salah satu perusahaan teknologi dengan valuasi US$ 29 miliar.
Baca Juga: Meta Akan Investasi US$ 10 Miliar ke Startup Scale AI
Ia mencontohkan Apple yang tidak akan lahir tanpa perhatian detail Steve Jobs, atau SpaceX dan Tesla yang mustahil tanpa dorongan eksekusi ekstrem dari Elon Musk. “Saya tidak pernah melihat usaha biasa menghasilkan hasil yang luar biasa,” tulisnya.
Keputusan drastis pernah ia ambil pada 2022 ketika mengalihkan fokus besar-besaran Scale AI dari industri kendaraan otonom ke pelabelan data untuk tren generative AI dan large language models (LLM).
Langkah yang awalnya dianggap berlebihan itu justru mengubah arah perusahaan. Bloomberg mencatat Scale AI meraup pendapatan US$ 870 juta pada 2024 dan diperkirakan mencapai US$2 miliar tahun ini.
Kesuksesan tersebut membuat Meta mengucurkan investasi US$ 14,3 miliar pada Scale AI dan merekrut Wang sebagai Chief AI Officer. Forbes menaksir kekayaan Wang kini mencapai US$ 3,2 miliar.
Baca Juga: Dedikasi Ekstrem Triliuner Muda Lucy Guo dan Budaya Kerja Intens di Dunia Teknologi
Dalam pandangannya, sikap ekstrem adalah syarat minimum bagi pemimpin bisnis untuk membawa perusahaan berkembang pesat.
Apa yang kerap dianggap sebagai “kelebihan” menurutnya hanyalah bentuk nyata dari komitmen: optimisme, komunikasi, eksekusi, manajemen, dan prioritas.
“Jika Anda tidak berlebihan, berarti Anda kekurangan,” tegasnya.