Sumber: Al Jazeera | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan peringatan keras kepada Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Trump mengatakan akan “lebih bijak” jika Maduro memilih mundur dari jabatannya, seiring meningkatnya tekanan Washington terhadap Caracas. Ini menjadi langkah yang langsung menuai kecaman dari Rusia dan China.
Mengutip Al Jazeera, berbicara di resor Mar-a-Lago, Florida, pada Senin, Trump tampil didampingi Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth. Ia memberi sinyal siap meningkatkan eskalasi setelah empat bulan kampanye tekanan terhadap Venezuela.
Saat ditanya apakah tujuan AS adalah menjatuhkan Maduro, Trump menjawab samar namun mengarah jelas.
“Ya, mungkin saja. Itu tergantung dia mau melakukan apa. Menurut saya akan lebih pintar jika dia melakukannya. Tapi kita lihat saja nanti,” ujarnya.
Trump kemudian mengeluarkan peringatan paling kerasnya.
“Kalau dia mau bertindak dan bermain keras, itu akan jadi terakhir kalinya dia bisa bermain keras,” tegasnya.
Ancaman tersebut muncul di tengah operasi lanjutan Penjaga Pantai AS yang untuk hari kedua berturut-turut mengejar kapal tanker minyak ketiga yang disebut sebagai bagian dari “armada gelap” Venezuela untuk menghindari sanksi AS.
Baca Juga: AS Tunda Tarif Chip China hingga 2027: Strategi Baru Perang Dagang?
“Kapal itu sedang bergerak, dan pada akhirnya akan kami dapatkan,” kata Trump.
Ia juga menegaskan AS akan menyita kapal-kapal tersebut beserta hampir 4 juta barel minyak Venezuela yang telah diamankan.
“Mungkin akan kami jual, mungkin kami simpan, atau kami masukkan ke cadangan strategis. Yang jelas, kami menyimpannya. Kapalnya juga,” ujar Trump.
Maduro Balas Serangan
Maduro tak tinggal diam. Dalam pidato yang disiarkan televisi nasional, ia menilai Trump seharusnya fokus mengurus persoalan ekonomi dan sosial di negaranya sendiri ketimbang mengancam Venezuela.
“Dia akan lebih baik jika mengurus masalah di negaranya sendiri. Dan dunia juga akan lebih baik jika dia fokus pada urusan dalam negerinya,” kata Maduro.
Tekanan terhadap sektor minyak Venezuela ini berlangsung di tengah pengerahan militer AS yang besar di kawasan, dengan alasan resmi memerangi perdagangan narkoba. AS juga telah melancarkan lebih dari dua lusin serangan terhadap kapal yang dituduh membawa narkoba di Samudra Pasifik dan Laut Karibia, dekat wilayah Venezuela.
Namun, legalitas operasi tersebut dipertanyakan sejumlah pihak, terutama setelah lebih dari 100 orang dilaporkan tewas akibat serangan-serangan itu.
Baca Juga: Dominasi Dolar AS Tergerus, Euro dan Yen Ambil Peran
Tak lama setelah Trump berbicara, militer AS mengumumkan telah menewaskan satu orang lagi dalam serangan terhadap kapal kecil yang dicurigai membawa narkoba di perairan internasional Samudra Pasifik timur.
Venezuela membantah keterlibatan dalam perdagangan narkoba dan menuding AS berupaya menjatuhkan Maduro demi menguasai cadangan minyak Venezuela, yang merupakan terbesar di dunia. Caracas juga mengecam penyitaan kapal oleh AS sebagai bentuk “pembajakan internasional”.
Rusia dan China Bereaksi
Ketegangan yang meningkat ini terjadi menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB yang dijadwalkan Selasa, atas permintaan Venezuela dan didukung oleh Rusia serta China.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyampaikan “keprihatinan mendalam” atas operasi AS di kawasan Karibia dalam percakapan telepon dengan Menlu Venezuela Yvan Gil. Moskow memperingatkan dampak serius terhadap stabilitas regional dan pelayaran internasional.
Rusia menegaskan kembali dukungan penuh dan solidaritasnya kepada pemerintah dan rakyat Venezuela.
China juga mengecam langkah AS sebagai “pelanggaran serius hukum internasional”. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan Beijing menentang segala tindakan yang melanggar Piagam PBB dan merusak kedaulatan negara lain.
“Venezuela berhak berkembang secara mandiri dan menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. China memahami dan mendukung sikap Venezuela dalam menjaga hak dan kepentingan sahnya,” ujar Lin.
Sementara itu, Menlu Venezuela Yvan Gil membacakan surat dari Maduro kepada negara-negara anggota PBB, memperingatkan bahwa blokade AS akan mengganggu pasokan energi global.
Tonton: Libur Nataru: Kunjungan Wisatawan ke Yogyakarta Membludak, Bali Sepi
“Venezuela menegaskan komitmennya pada perdamaian, tetapi juga siap mempertahankan kedaulatan, integritas wilayah, dan sumber dayanya sesuai hukum internasional,” kata Gil.
Ia memperingatkan bahwa dampak agresi AS tidak hanya akan dirasakan Venezuela, tetapi juga pasar minyak global, stabilitas ekonomi Amerika Latin, Karibia, dan dunia—terutama negara-negara paling rentan.
Kesimpulan
Peringatan keras Trump terhadap Maduro menandai eskalasi baru dalam konflik geopolitik Venezuela, dengan minyak dan energi kembali menjadi pusat pertarungan. Di tengah operasi militer AS dan penyitaan kapal, Rusia dan China tampil terbuka membela Caracas, mengubah konflik ini dari isu bilateral menjadi ketegangan global. Jika tekanan terus meningkat, risiko gangguan pasokan energi dan instabilitas kawasan berpotensi meluas, menjadikan Venezuela titik panas baru dalam rivalitas kekuatan besar dunia.













