Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Kamis (10/10) mengisyaratkan bahwa Spanyol bisa saja dikeluarkan dari aliansi pertahanan NATO, lantaran dianggap tidak memenuhi komitmen untuk meningkatkan belanja militernya.
Reuters melaporkan, dalam pertemuan di Oval Office bersama Presiden Finlandia Alexander Stubb — negara anggota baru NATO — Trump menyinggung bahwa Madrid menjadi “beban” dalam aliansi karena enggan mengikuti target baru peningkatan anggaran pertahanan.
“Kalian semua harus mulai berbicara dengan Spanyol,” kata Trump kepada para pemimpin Eropa. “Tanyakan kenapa mereka masih tertinggal. Mereka tak punya alasan untuk tidak melakukannya. Tapi, baiklah, mungkin kalian sebaiknya keluarkan saja mereka dari NATO, terus terang saja.”
Pada Juni lalu, negara-negara anggota NATO sepakat untuk menaikkan belanja militer hingga 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB), sesuai prioritas utama Trump yang sejak lama menuntut agar Eropa lebih banyak membiayai pertahanannya sendiri.
Namun Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez menolak target tersebut dengan alasan bahwa angka itu tidak sejalan dengan sistem kesejahteraan dan visi dunia Spanyol.
Baca Juga: Perang Kata-Kata Putin-Trump: Kalau Rusia Macan Kertas, Lalu Apa Itu NATO?
Spanyol minta tenang
Menanggapi ancaman Trump, pemerintah Spanyol menegaskan tetap berkomitmen penuh terhadap aliansi pertahanan tersebut.
“Pernyataan itu disampaikan dalam konteks tertentu,” kata Menteri Pertahanan Spanyol Margarita Robles, Jumat (11/10). “Namun saya tahu pasti bahwa Angkatan Bersenjata AS memahami komitmen Spanyol terhadap NATO.”
Robles menambahkan bahwa Spanyol telah memenuhi kewajiban kemampuannya sesuai target aliansi dan tetap berperan aktif dalam misi-misi bersama.
Spanyol sendiri bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada tahun 1982, dan kini menjadi bagian dari 32 negara anggota.
Tonton: Setelah Sebut Putin Omong Kosong, Trump Kini Pasok Senjata ke Ukraina Lewat NATO
Peran aliansi ini kembali menjadi sorotan sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, yang memicu perang darat paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.