kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Trump: Intelijen AS meragukan Rusia desak Taliban untuk membunuh pasukan Amerika


Kamis, 02 Juli 2020 / 04:58 WIB
Trump: Intelijen AS meragukan Rusia desak Taliban untuk membunuh pasukan Amerika
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump. REUTERS/Leah Millis


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Rabu (1/7/2020) bahwa ia tidak mendapat informasi tentang laporan bahwa Rusia telah mendesak Taliban untuk membunuh tentara AS. Pasalnya, banyak pejabat intelijen AS meragukan kebenaran kabar tersebut. Sikap ini sangat bertentangan dengan empat sumber AS dan Eropa.

"Kami tidak pernah mendengarnya karena intelijen tidak pernah mencapai tingkat itu ... Ini tidak muncul pada kesempatan itu. Orang-orang intelijen ... banyak dari mereka tidak percaya itu terjadi sama sekali," katanya kepada Fox Business Network.

Melansir Reuters, empat sumber AS dan pemerintah Eropa, yang akrab dengan pelaporan intelijen, mengatakan bahwa dalam beberapa pekan terakhir Amerika Serikat telah memperoleh laporan baru yang mendukung tuduhan bahwa Rusia telah mendorong gerilyawan yang berafiliasi dengan Taliban untuk membunuh tentara AS dan sekutunya di Afghanistan.

Baca Juga: Putin kecam Amerika Serikat yang jatuhkan sanksi baru atas Suriah

Sumber-sumber, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan informasi terbaru menyebabkan para pakar pemerintah AS langsung mengajukan pertanyaan kepada Badan Keamanan Nasional terkait dugaan tersebut.

Salah satu sumber dan sumber kelima Reuters yang mengetahui secara detail masalah tersebut mengatakan, komunitas intelijen AS yakin Rusia mendorong Taliban untuk membunuh pasukan AS di Afghanistan, tetapi ada perdebatan internal mengenai apakah Moskow benar-benar memberikan hadiah berkenaan dengan hal itu.

Baca Juga: Donald Trump setujui rencana Pentagon tarik 9.500 pasukan AS dari Jerman

Sumber keenam Reuters yang juga akrab dengan masalah ini mengatakan, CIA cukup percaya kepada intelijen untuk memasukkan masalah ini dalam publikasi andalan hariannya, CIA World Intelligence Review, yang dikenal secara informal sebagai "The Wire" pada Mei lalu.

"Dalam laporan tersebut dicantumkan bahwa 'menggarisbawahi seluruh klaim administrasi bahwa itu belum selesai, tidak diverifikasi dan itu bukan produk yang sepenuhnya lengkap'," demikian kata sumber Reuters yang menolak namanya untuk disebut karena kepekaan masalah tersebut.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O'Brien mengatakan kepada wartawan, Amerika Serikat akan merespons dengan kuat jika dikonfirmasi bahwa Rusia membayar militan untuk membunuh tentara AS dan sekutunya di Afghanistan, tanpa memberikan perincian.

Baca Juga: Menlu AS dorong embargo senjata Iran di PBB, Rusia: Lutut Amerika ada di leher Iran

Trump berada di bawah tekanan sejak dirilisnya laporan New York Times pada hari Jumat bahwa unit intelijen militer Rusia menawarkan hadiah seperti itu. Apalagi ada laporan bahwa ia sudah menerima briefing tertulis tentang masalah tersebut sejak bulan Februari.

O'Brien dan pembantu presiden lainnya mencoba memadamkan kontroversi tentang apa yang diketahui Trump. Dia menolak untuk mengatakan apakah Trump mendapatkan laporan secara tertulis.

Baca Juga: Polisi Hong Kong tangkap lebih dari 300 demonstrans di bawah UU Keamanan baru

"Ini adalah tuduhan penting bahwa, jika diverifikasi, saya dapat menjamin Anda bahwa presiden akan mengambil tindakan tegas. Kami telah bekerja selama beberapa bulan untuk berbagai opsi," kata O'Brien kepada wartawan di luar Gedung Putih.

Sebelumnya, Trump mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa dia tidak diberi pengarahan tentang masalah itu. Gedung Putih mengatakan Trump tidak secara pribadi diberi penjelasan, tetapi tidak membahas apakah dia telah menerima laporan tertulis, membacanya, dan mengapa dia tidak menanggapi lebih agresif jika demikian.

Baca Juga: Rusia percepat pengiriman sistem rudal canggih pesanan India, militer China terancam

Hal ini yang kemudian menimbulkan kontroversi di antara sesama anggota Republik serta Demokrat, di mana ada kemungkinan Trump telah mengabaikan atau tidak tahu tentang ancaman terhadap pasukan AS. Kondisi ini dapat memukul perolehan suara Trump ketika ia berusaha untuk terpilih kembali pada pemilu 3 November mendatang.

Baca Juga: Rusia mengaku tidak tahu situasi darurat terkait partikel nuklir di laut Baltik

Sebelumnya beredar kabar bahwa penyelidik AS dan Eropa sangat mencurigai unit GRU badan intelijen militer Rusia menargetkan tentara AS di Afghanistan dengan menggunakan kelompok militan yang terkait dengan Taliban. Menurut empat sumber yang akrab dengan pelaporan intelijen, unit GRU adalah unit yang sama yang terlibat dalam peracunan pembelot intelijen Rusia Sergei Skripal di Inggris.




TERBARU

[X]
×