Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHNGTON. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada hari Selasa melontarkan kritik keras terhadap CEO Goldman Sachs, David Solomon.
Trump menilai bahwa bank investasi tersebut keliru memprediksi dampak tarif AS terhadap perekonomian dan mempertanyakan kemampuan Solomon dalam memimpin lembaga keuangan Wall Street tersebut.
Goldman Sachs menjadi perusahaan terbaru yang menghadapi tekanan dari Trump terkait kebijakan tarif.
Sebelumnya, Trump juga menyasar JPMorgan Chase dan Bank of America atas tuduhan penolakan layanan perbankan (debanking) terhadap individu tertentu.
Baca Juga: Goldman Sachs Menaikkan Pandangan Lebih Optimistis Saham Asia
Kritik ini menggambarkan betapa sensitifnya perusahaan-perusahaan besar terhadap kebijakan tarif yang diberlakukan pemerintah.
Melalui unggahan di media sosial, Trump menyatakan bahwa sebagian besar beban tarif sejatinya ditanggung oleh perusahaan dan pemerintah asing.
Namun, menurutnya, David Solomon dan Goldman Sachs gagal memberikan apresiasi yang layak, malah membuat prediksi yang keliru mengenai dampak tarif dan reaksi pasar.
Trump bahkan menyindir Solomon dengan menyebutkan bahwa sang CEO sebaiknya fokus kembali pada hobinya sebagai DJ, yang pernah dijalani sebelumnya, daripada mengelola sebuah lembaga keuangan besar.
Baca Juga: Ancaman Tarif AS Picu Kekhawatiran terhadap Stabilitas Ekspor dan Rupiah
Juru bicara Goldman Sachs menolak memberikan komentar atas pernyataan tersebut, sementara juru bicara Gedung Putih juga belum merespons permintaan komentar.
Sejak 1 Februari, saat Trump memulai perang dagang dengan mengenakan tarif impor pada produk dari Meksiko, Kanada, dan Tiongkok, setidaknya 333 perusahaan di seluruh dunia telah merespons kebijakan tarif ini dengan berbagai cara, tercatat hingga 12 Agustus menurut pelacak Reuters.
Meskipun Trump tidak menyebutkan riset Goldman Sachs mana yang dimaksud, bank tersebut, seperti banyak institusi keuangan lain, memiliki pandangan yang cukup pesimistis terhadap dampak kebijakan tarif AS.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada hari Minggu, analis Goldman Sachs yang dipimpin oleh kepala ekonom Jan Hatzius menyatakan bahwa hingga Juni, konsumen AS telah menanggung sekitar 22% biaya tarif, dan angka tersebut bisa meningkat hingga 67% jika tarif baru terus berlanjut dengan laju yang sama.
Menanggapi hal ini, Trump kembali menulis di media sosial bahwa Solomon “sebaiknya mencari ekonom baru.” Sementara itu, Jan Hatzius memilih untuk tidak berkomentar.
Baca Juga: Celios: Negosiasi Tarif AS Buntu, Diversifikasi Ekspor Jadi Pilihan Utama
Pada April lalu, Goldman Sachs juga mengingatkan bahwa tarif yang luas dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mendorong Federal Reserve menurunkan suku bunga lebih agresif dari perkiraan sebelumnya.
Secara umum, tarif merupakan pajak yang dikenakan pada barang impor dengan tujuan melindungi industri dalam negeri atau memengaruhi kebijakan perdagangan. Biaya tarif ini dapat dibebankan kepada produsen, pengecer, maupun konsumen, tergantung pada dinamika pasar dan rantai pasokan.
Memasuki musim laporan keuangan kuartal kedua, berbagai perusahaan melaporkan kerugian finansial gabungan sebesar antara us$ 13,6 miliar hingga us$ 15,2 miliar sepanjang tahun akibat tarif tersebut, menurut pelacak tarif global Reuters.
Baca Juga: Goldman Sachs Pertahankan Proyeksi Harga Minyak Brent
Meskipun Trump berupaya mengubah pola perdagangan global, saham-saham AS tetap mencatat rekor tertinggi, didorong oleh antusiasme terhadap teknologi kecerdasan buatan (AI) dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melonggarkan kebijakan suku bunga.
Data terbaru juga menunjukkan bahwa inflasi harga konsumen AS pada Juli hanya mengalami kenaikan tipis.
Topik Sensitif Perusahaan dan Bank
Tarif menjadi isu yang sangat sensitif bagi perusahaan dan institusi keuangan. Seorang ahli strategi investasi senior di JPMorgan Asset Management mengaku menahan diri untuk tidak terlalu banyak berkomentar tentang tarif AS agar tidak memengaruhi rekan kerja dan bank-bank Wall Street lainnya.
Selain itu, beberapa perusahaan lain juga menghadapi tekanan terkait tarif.
Pada April lalu, Gedung Putih menuduh Amazon melakukan “tindakan permusuhan dan politis” terkait rencana perusahaan tersebut untuk mencantumkan harga barang yang dipengaruhi oleh tarif baru, meskipun Amazon membantah akan melaksanakan ide tersebut.
Baca Juga: China Luncurkan Video yang Mengecam Tarif AS, Ini Pesan Videonya
Pada Mei, Trump juga menyatakan bahwa Walmart sebaiknya menerima tarif tersebut daripada menaikkan harga produk.
Kritik Trump tidak hanya ditujukan pada isu tarif. Beberapa waktu lalu, Trump menuntut CEO Intel, Pat Gelsinger, mengundurkan diri terkait hubungan perusahaan dengan China, serta berulang kali menyerang CEO Apple, Tim Cook, karena memproduksi iPhone di luar negeri meskipun produk tersebut dijual di AS.
David Wagner, kepala ekuitas di Aptus Capital Advisors, menilai pernyataan Trump soal bank, baik Goldman Sachs maupun Bank of America, tidak berdasar bila dilihat dari sudut pandang investasi secara keseluruhan.
Baca Juga: Perdana Menteri Jepang Peringatkan Tarif AS Berpotensi Ganggu Tatanan Ekonomi Global
Menurutnya, kompleksitas data ekonomi membuat investor memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai kondisi kesehatan konsumen.