Sumber: Fortune | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mereka juga menilai AS masih memiliki sejumlah cara untuk membalas China dengan lebih keras, termasuk dengan menargetkan sektor-sektor vital ekonomi Tiongkok.
Sebagai contoh, AS bisa memanfaatkan dominasinya dalam rantai pasok penerbangan komersial, dengan melarang ekspor komponen penting atau bahkan pesawat utuh ke China.
Selain itu, sekitar 90% laptop dan PC di China masih menggunakan sistem operasi Windows. Trump bisa saja memerintahkan Microsoft menghentikan penjualan dan pembaruan software di China, yang akan membuat perangkat rawan celah keamanan.
“China memang punya alternatif domestik, tapi pengalaman Huawei menunjukkan bahwa perubahan semacam itu akan mengurangi daya saing produk China di pasar global,” ujar Evans-Pritchard dan Fahy.
Mereka menambahkan, “Yang lebih mengkhawatirkan bagi China adalah perangkat lunak manufaktur canggih — di mana perusahaan Barat menguasai lebih dari 70% pasar China.”
Trump juga bisa memperluas pembatasan ekspor teknologi chip, yang akan memukul sektor teknologi tinggi China. Meski beberapa teknologi sudah dibatasi sebelumnya, Beijing masih sangat bergantung pada chip dan peralatan fabrikasi buatan AS dan sekutunya.
Belum lagi dominasi AS di sektor keuangan global. Trump bisa saja membekukan aset perusahaan China dalam denominasi dolar atau membatasi akses mereka ke sistem pembayaran internasional SWIFT.
Tonton: Harga Bitcoin Terdampak Tarif Baru AS ke China, Investor Harus Bagaimana?
Langkah lebih jauh, Washington dapat mendorong sekutunya menerapkan pembatasan serupa, sehingga menutup ruang ekspor China ke negara lain. Bahkan, Meksiko sudah mengusulkan tarif hingga 50% untuk produk dari China dan beberapa negara Asia lainnya.
“Kubu garis keras di kedua sisi Pasifik kemungkinan akan memanfaatkan situasi ini untuk mendorong pemisahan ekonomi AS–China yang lebih dalam,” tulis Capital Economics.
“Dalam skenario terbaik, kita mungkin kembali pada gencatan dagang yang rapuh seperti sebelumnya. Namun dalam skenario terburuk, China bisa semakin terisolasi dari pasar dan teknologi Barat,” jelas Capital Economis.