Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan pemberlakuan tarif impor sebesar 50% terhadap tembaga mulai 1 Agustus 2025.
Kebijakan ini disebut bertujuan untuk mendorong pengembangan industri tembaga dalam negeri yang dinilai strategis bagi sektor pertahanan, elektronik, dan otomotif.
Langkah ini menambah daftar panjang tarif sektor spesifik yang telah diberlakukan Trump sebelumnya, termasuk pada baja dan aluminium, yang menurut para ekonom berisiko meningkatkan biaya bagi konsumen AS.
Baca Juga: Tarif Trump: Apa Saja yang Sudah Berlaku dan Akan Datang?
Dinilai Penting bagi Keamanan Nasional
Tarif ini merupakan tindak lanjut dari penyelidikan Section 232 yang dimulai pada Februari lalu.
Berdasarkan Undang-Undang Perdagangan, Section 232 memberikan wewenang kepada presiden untuk mengenakan tarif dengan alasan keamanan nasional.
Dalam pernyataannya di platform Truth Social, Trump mengatakan telah menerima kajian keamanan nasional yang "kuat" dan menyimpulkan bahwa tarif diperlukan untuk melindungi produksi tembaga dalam negeri.
“Tembaga penting untuk semikonduktor, pesawat, kapal, amunisi, pusat data, baterai lithium-ion, sistem radar, sistem pertahanan rudal, dan bahkan senjata hipersonik, yang kini sedang banyak kami produksi,” ujar Trump.
Baca Juga: Tarif Trump, Impor Pakaian Jadi dari Tiongkok ke AS Anjlok ke Level Terendah 22 Tahun
Negara Terdampak: Chile, Kanada, dan Meksiko
Berdasarkan data Biro Sensus AS, negara yang paling terdampak dari tarif ini adalah Chile, Kanada, dan Meksiko, yang menjadi pemasok utama tembaga murni, paduan tembaga, dan produk turunan tembaga ke AS sepanjang tahun 2024.
Data dari U.S. Geological Survey menunjukkan bahwa pada 2024, AS mengimpor sekitar 810.000 metrik ton tembaga, atau hampir setengah dari kebutuhan domestiknya.
Chile, Kanada, dan Peru telah menyampaikan keberatan resmi kepada pemerintah AS, menyatakan bahwa ekspor tembaga mereka tidak mengancam kepentingan nasional AS, dan meminta agar produk mereka dikecualikan dari tarif.
Ketiga negara tersebut juga memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan AS.
Baca Juga: Tarif Trump: Apa Saja yang Sudah Berlaku dan Akan Datang?
Dorong Tambang Tembaga AS
Pemerintah AS berharap tarif tinggi ini akan mendorong pengembangan produksi tembaga dalam negeri, terutama di negara bagian Arizona, yang merupakan sumber lebih dari dua pertiga produksi tembaga AS.
Namun, rencana pengembangan tambang skala besar oleh perusahaan tambang global Rio Tinto dan BHP di Arizona telah tertunda selama lebih dari satu dekade karena berbagai hambatan perizinan dan penolakan dari kelompok masyarakat lokal.