Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/BEIJING. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa ia masih menunggu tanggapan dari China sebelum menerapkan tarif impor lebih dari 100%, mengindikasikan kemungkinan adanya negosiasi menit terakhir dengan negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Pasar global mulai stabil setelah beberapa hari mengalami gejolak hebat akibat kebijakan tarif Trump yang luas, memicu kekhawatiran resesi dan mengguncang tatanan perdagangan global yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Indeks saham AS dibuka menguat tajam setelah aksi jual besar-besaran sejak pekan lalu yang menghapus triliunan dolar kapitalisasi pasar.
Baca Juga: Perang Tarif Memanas, China Bersumpah akan Bertarung Sampai Akhir
Trump sebelumnya telah menerapkan tarif 10% terhadap hampir semua impor ke pasar konsumen terbesar dunia dan tarif tambahan hingga 50% terhadap sejumlah mitra dagang dijadwalkan berlaku mulai Rabu (9/4).
China merespons dengan menolak tunduk terhadap apa yang disebutnya sebagai “pemerasan” dan berjanji “berjuang sampai akhir” setelah Trump mengancam menaikkan tarif hingga 104%.
Namun, Trump memberi sinyal bahwa penyelesaian masih mungkin terjadi.
“China juga ingin membuat kesepakatan, sangat ingin, tapi mereka tidak tahu bagaimana memulainya. Kami menunggu telepon dari mereka. Itu akan terjadi!” tulis Trump di media sosial pada Selasa (8/4).
Puluhan negara tengah menawarkan konsesi demi menghindari tarif tersebut. Pemerintahan Trump mengatakan telah menjadwalkan pembicaraan dengan beberapa negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan.
Baca Juga: Trump dan China Saling Balas Tarif Impor, Dunia Bersiap Hadapi Ketidakpastian Ekonomi
China bersiap menghadapi perang tarif berkepanjangan. Produsen dari alat makan hingga lantai kayu mulai memperingatkan dampak terhadap keuntungan dan mulai merencanakan relokasi pabrik ke luar negeri.
Dengan meningkatnya risiko eksternal, Citi memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun 2025 dari 4,7% menjadi 4,2%.
Beberapa perusahaan mengaku akan menaikkan harga produk mereka.
Produsen chip Micron mengatakan akan menambahkan biaya tambahan mulai Rabu akibat tarif baru. Sementara itu, sejumlah peritel pakaian AS menunda pemesanan dan menahan proses perekrutan.
Sepatu lari buatan Vietnam yang saat ini dijual seharga US$155 diperkirakan akan melonjak menjadi US$220 ketika tarif 46% dari AS berlaku, menurut asosiasi industri.
Konsumen pun mulai menimbun barang. “Saya beli dua kali lipat dari biasanya – kacang-kacangan, makanan kaleng, tepung, apa saja,” kata Thomas Jennings (53 tahun) saat berbelanja di Walmart New Jersey.
Baca Juga: China Sebut Tarif AS sebagai Aksi Pembulian, Ini Ajakan Tiongkok ke Negara Lain
Di tengah saling serang antara dua ekonomi terbesar dunia, Kementerian Luar Negeri China mengkritik pernyataan Wakil Presiden AS JD Vance dalam wawancara di Fox News sebagai “bodoh dan tidak sopan.”
Dalam membela tarif Trump, Vance mengkritik model ekonomi AS yang menurutnya justru merugikan pekerja sendiri: “Kita meminjam uang dari petani China untuk membeli barang-barang yang mereka produksi.”
Sementara itu, Vietnam meminta penundaan penerapan tarif selama 45 hari dan Indonesia mengumumkan sejumlah konsesi untuk produk impor AS, termasuk pengurangan pajak atas barang elektronik dan baja.
Pasar Saham Pulih, Eropa Siapkan Balasan
Pasar saham global menunjukkan pemulihan pada Selasa setelah penurunan tajam selama beberapa hari terakhir.
Sejumlah pemimpin bisnis, termasuk yang dekat dengan Trump, telah mendesaknya untuk membatalkan rencana tarif tersebut.
Baca Juga: Trump Ancam Tambah Tarif 50% Lagi Atas China, Jika Tiongkok Tak Cabut Tarif Balasan
Saham-saham Eropa bangkit dari posisi terendah 14 bulan setelah empat hari berturut-turut mengalami penurunan. Sementara harga minyak dunia stabil setelah sempat jatuh ke level terendah dalam empat tahun.
Di Wall Street, indeks utama kembali menguat dipimpin saham sektor teknologi.
Sementara itu, Komisi Eropa tengah mempertimbangkan tarif balasan sebesar 25% atas berbagai produk AS termasuk kedelai, kacang-kacangan, dan sosis, meskipun beberapa produk potensial seperti bourbon dikeluarkan dari daftar. Para pejabat menyatakan siap untuk bernegosiasi.
Blok Uni Eropa yang terdiri dari 27 negara masih menghadapi tarif atas mobil dan logam yang telah berlaku, serta berpotensi terkena tarif tambahan 20% untuk produk lain mulai Rabu.
Baca Juga: Tak Seperti China, Mengapa Indonesia Tak Balas Saja Tarif Trump?
Trump juga mengancam akan mengenakan tarif terhadap minuman beralkohol asal Eropa.
Perusahaan farmasi Eropa turut menyuarakan kekhawatiran terhadap dampak tarif. Dalam pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, mereka memperingatkan bahwa kebijakan Trump justru bisa mempercepat relokasi industri dari Eropa ke AS.