Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Kendaraan jenazah terlihat mengantre untuk mengambil mayat-mayat, dan pihak berwenang menyatakan bahwa rumah sakit sementara telah disiapkan.
Menurut saksi mata Reuters, lokasi kecelakaan berbau bahan bakar pesawat dan darah.
Pekerja dengan pakaian pelindung dan masker menyisir area tersebut sementara tentara mencari di semak-semak.
Menara kontrol bandara mengeluarkan peringatan tentang tabrakan dengan burung dan tidak lama kemudian pilot pesawat mengeluarkan pernyataan mayday dan mencoba mendarat dari arah yang berlawanan, menurut seorang pejabat kementerian transportasi.
Seorang penumpang mengirim pesan teks kepada kerabat untuk memberitahukan bahwa seekor burung terjebak di sayap pesawat.
Baca Juga: Kecelakaan Pesawat, Jeju Air Tergelincir di Bandara Muan Korsel, 28 Orang Tewas
Pesan terakhir penumpang tersebut berbunyi, "Haruskah saya mengucapkan kata-kata terakhir saya?"
Pesawat tersebut diproduksi pada tahun 2009, menurut kementerian transportasi. Kedua mesin CFM56-7B26 yang digunakan pesawat diproduksi oleh CFM International, sebuah perusahaan patungan antara GE Aerospace dan Safran dari Prancis.
Juru bicara CFM mengatakan, "Kami sangat berduka atas kehilangan Jeju Air penerbangan 2216. Kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga dan orang-orang yang ditinggalkan."
Tantang bagi Presiden Sementara Korsel
CEO Jeju Air, Kim E-bae, meminta maaf atas kecelakaan tersebut, membungkuk dalam siaran pers yang disiarkan televisi.
Kim mengatakan bahwa pesawat tersebut tidak memiliki catatan kecelakaan dan tidak ada tanda-tanda kerusakan sebelum terbang.
Maskapai akan bekerja sama dengan penyelidik dan menjadikan dukungan kepada keluarga korban sebagai prioritas utama, katanya.
Tidak ada kondisi abnormal yang dilaporkan ketika pesawat meninggalkan Bandara Suvarnabhumi Bangkok, kata Kerati Kijmanawat, presiden Airports of Thailand.
Penumpang pesawat termasuk dua warga negara Thailand, yang lainnya diyakini warga negara Korea Selatan, menurut kementerian transportasi.
Kecelakaan ini terjadi hanya tiga minggu setelah Jeju Air memulai penerbangan reguler dari Muan ke Bangkok dan kota-kota lain di Asia pada 8 Desember.
Muan International adalah salah satu bandara terkecil di Korea Selatan, namun telah mengalami lonjakan jumlah penumpang internasional hampir 20 kali lipat menjadi 310.702 dari Januari hingga November 2023 dibandingkan periode yang sama tahun 2022.
Pesawat Boeing 737-800 yang terlibat dalam kecelakaan ini adalah salah satu pesawat paling banyak terbang di dunia dengan rekam jejak keselamatan yang kuat.
Baca Juga: Maskapai Internasional Ini Operasikan Rute Baru Incheon-Batam
Pesawat ini dikembangkan jauh sebelum varian MAX yang terlibat dalam krisis keselamatan Boeing baru-baru ini.
Boeing menyampaikan dalam sebuah pernyataan email, "Kami sedang berhubungan dengan Jeju Air terkait penerbangan 2216 dan siap memberikan dukungan. Kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang kehilangan orang tercinta, dan pikiran kami tetap bersama penumpang dan awak pesawat."
Semua penerbangan domestik dan internasional di Bandara Muan dibatalkan, menurut laporan Yonhap.
Presiden sementara Korea Selatan, Choi Sang-mok, yang dilantik pada hari Jumat di tengah krisis politik yang sedang berlangsung, tiba di lokasi kecelakaan dan mengatakan bahwa pemerintah akan mencurahkan semua sumber daya untuk menangani kecelakaan ini.
Dua wanita Thailand, yang berusia 22 dan 45 tahun, berada di pesawat tersebut, kata juru bicara pemerintah Thailand, Jirayu Houngsub.
Kementerian luar negeri Thailand kemudian mengonfirmasi bahwa keduanya termasuk di antara yang tewas.
Kedutaan Besar Thailand di Seoul bekerja sama dengan pihak Korea Selatan untuk memfasilitasi kedatangan keluarga korban dari Thailand.
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, mengirimkan ucapan belasungkawa kepada keluarga yang meninggal dan yang terluka dalam sebuah unggahan di X, mengatakan dia telah menginstruksikan kementerian luar negeri untuk memberikan bantuan.