Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Virus corona menyengat perekonomian negara maju. Mengutip Reuters pada Senin (17/2), tak tanggung-tanggung Jepang dan Singapura tampaknya berada di ambang resesi.
Lantaran epidemi virus corona mengganggu pariwisata dan rantai pasokan di seluruh dunia. Apalagi China telah memberlakukan pembatasan yang lebih keras untuk mencoba dan menghentikan penyebaran virus lebih lanjut.
Baca Juga: Ada virus corona, Tokyo Marathon hanya dibuka untuk pelari elit
Di Jepang, kerusakan yang berkaitan dengan virus terhadap ekonomi diperkirakan akan muncul pada kuartal ini. Hal itu memicu kekhawatiran akan resesi di ekonomi terbesar ketiga di dunia yang sudah menyusut pada laju tercepat sejak kuartal kedua 2014.
Singapura yang bergantung pada perdagangan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2020 dan akan mengungkap langkah-langkah untuk meredam pukulan dari epidemi pada hari Selasa. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan pada hari Jumat bahwa resesi adalah suatu kemungkinan.
Setelah liburan Tahun Baru Imlek yang diperpanjang, Cina harus segera kembali bekerja. Tetapi beberapa kota tetap dikunci, jalan-jalan sepi, dan karyawan gelisah. Larangan bepergian serta pesanan karantina diberlakukan di seluruh negeri Tiongkok.
Baca Juga: Utang luar negeri Indonesia sampai akhir kuartal IV-2019 mencapai US$ 404,3 miliar
Banyak pabrik belum membuka kembali, mengganggu rantai pasokan di China dan di luar untuk semua orang dari pembuat smartphone hingga produsen mobil.
Bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah pada hari Senin. Langkah itu diperkirakan akan membuka jalan bagi pengurangan suku bunga pinjaman acuan pada hari Kamis mendatang.
Hal itu dilakukan guna menurunkan biaya pinjaman bagi perusahaan yang terkena virus. Beijing juga telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan pemotongan pajak dan biaya yang ditargetkan dan bertahap untuk membantu bisnis.
Baca Juga: BPS: Indonesia bisa jaga momentum pertumbuhan dari ekonomi domestik
Meski begitu, banyak ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi China melambat dan lembaga pemeringkat Moody pada Senin merevisi turun perkiraan pertumbuhan PDB 2020 untuk China menjadi 5,2%.
Itu sebanding dengan pertumbuhan 5,7% yang dibutuhkan Cina tahun ini untuk memenuhi tujuan jangka panjangnya yaitu menggandakan PDB selama satu dekade hingga 2020, menurut seorang ekonom pemerintah.