Sumber: New York Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Penyakit dalam keluarga kerajaan juga dapat memberi penerangan baru pada motivasi dan skala respons kerajaan terhadap pandemi.
Para penguasanya mulai membatasi perjalanan ke Arab Saudi dan menutup ziarah ke tempat-tempat suci Muslim di Mekah dan Madinah bahkan sebelum kerajaan melaporkan kasus pertamanya, pada 2 Maret. Pihak berwenang sekarang telah memutuskan semua perjalanan udara dan darat ke atau keluar dari perbatasannya dan antar provinsi internal.
Pemerintah Arab Saudi telah menempatkan semua kota terbesarnya di bawah penguncian ketat 24 jam, yang memungkinkan hanya perjalanan singkat ke toko kelontong atau toko obat terdekat, dan mereka telah mengindikasikan bahwa mereka kemungkinan akan membatalkan penyelenggaraan ibadah haji tahunan yang dijadwalkan akan berlangsung musim panas ini.
Baca Juga: Momen langka: Palestina dan Israel bersatu mengatasi wabah virus corona
Sebagai pilar agama Islam yang menarik 2,5 juta Muslim ke Mekah, ibadah haji dilakukan setiap tahun tanpa gangguan sejak 1798, ketika Napoleon menyerbu Mesir.
"Jika menjangkau keluarga, maka itu menjadi masalah mendesak," kata Kristian Coates Ulrichsen, seorang profesor di Universitas Rice yang mempelajari kerajaan kepada New York Times.
Arab Saudi sejauh ini telah melaporkan 41 kematian akibat virus corona dengan 2.795 kasus yang dikonfirmasi.
Baca Juga: Terbaru: Saudi minta umat Islam tunda rencana haji di tahun ini karena corona
Seorang juru bicara Kedutaan Besar Saudi di Washington tidak menanggapi permintaan komentar.
Keluarga kerajaan, termasuk ribuan pangeran, banyak yang melakukan perjalanan rutin ke Eropa. Menurut dokter dan orang-orang dekat keluarga kerajaan, beberapa di antara mereka diyakini telah membawa kembali virus.