Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP) melaporkan bahwa saat ini ada lebih dari 700 juta orang di dunia yang kesulitan mendapat makanan. Situasi ini justru terjadi ketika badan-badan kemanusiaan PBB sedang mengalami kesulitan pendanaan.
Direktur Eksekutif WFP, Cindy McCain, mengatakan bahwa ratusan juta orang tersebut tidak tahu kapan atau apakah mereka bisa makan, menunjukkan betapa parahnya krisis pangan dunia saat ini.
"Kita sekarang hidup dengan serangkaian krisis yang terjadi secara bersamaan dan berjangka panjang. Ini adalah realitas baru yang dihadapi komunitas kemanusiaan dan kita akan menghadapi dampak buruknya di tahun-tahun mendatang," kata McCain di hadapan Dewan Keamanan PBB, hari Kamis (14/9), dikutip AP News.
McCain menjelaskan, saat ini WFP memperkirakan bahwa hampir 47 juta orang di lebih dari 50 negara hanya selangkah lagi menuju kelaparan. Di saat yang sama, 45 juta anak di bawah usia lima tahun kini diperkirakan menderita kekurangan gizi akut.
Menurut perkiraan WFP, hingga 783 juta orang di 79 negara yang menjadi basis operasinya saat ini masih tidur dalam keadaan lapar setiap malam. Jumlah itu setara dengan satu dari sepuluh populasi dunia.
Baca Juga: Gempa Maroko, Korban Meninggal Capai 2.901 Orang dan Pengungsi Mulai Frustasi
Sementara itu, lebih dari 345 juta orang menghadapi kerawanan pangan tingkat tinggi tahun ini. Peningkatan hampir 200 juta orang dari awal tahun 2021 sebelum pandemi Covid-19.
WFP menyebut lonjakan angka tersebut merupakan hasil kombinasi mematikan dari konflik, guncangan ekonomi, cuaca ekstrem, dan melonjaknya harga pupuk.
"Dampak ekonomi dari pandemi ini, dan perang di Ukraina, telah mendorong harga pangan tidak terjangkau oleh jutaan orang di seluruh dunia. Pada saat yang sama, tingginya harga pupuk telah menyebabkan penurunan produksi jagung, beras, kedelai, dan gandum," tulis WFP dalam laporannya.
McCain mengajak semua pihak untuk meningkatkan kemitraan multi-sektoral yang berkomitmen kuat, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk mengatasi kelaparan dan kemiskinan secara efektif.
Baca Juga: Putin: Ukraina Tak Akan Bisa Ekspor Gandum Kecuali Barat Memenuhi Permintaan Rusia
Bergantung Pada Sektor Swasta
Dalam forum Dewan Keamanan PBB tersebut juga hadir CEO Mastercard, Michael Miebach. Dirinya mengatakan bantuan kemanusiaan telah lama menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga-lembaga pembangunan.
Menurutnya, sektor swasta punya tempat khusus sebagai sumber sumbangan keuangan untuk pasokan kemanusiaan.
"Uang tetap penting, tapi perusahaan bisa menawarkan lebih banyak lagi. Sektor swasta siap mengatasi tantangan yang ada melalui kemitraan dengan sektor publik," kata Miebach.
Sementara itu, Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, percaya bahwa sektor swasta telah berhasil mempersempit kesenjangan dalam pendanaan program kemanusiaan di berbagai wilayah di dunia.
"Banyak perusahaan telah mengambil tindakan, termasuk di Haiti dan Ukraina dan membantu pengungsi di Amerika Serikat. Namun sudah terlalu lama kita hanya mengandalkan sektor swasta untuk mendapatkan pendanaan," kata Linda.