Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - LONDON. Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, India masih perlu bekerja keras untuk menghentikan penjualan sirup obat batuk beracun, meskipun ada beberapa kemajuan, setelah setidaknya 24 anak meninggal dunia setelah mengonsumsi obat buatan dalam negeri.
Mengutip Reuters, Selasa (21/10/2025)anak-anak tersebut meninggal dunia setelah mengonsumsi obat batuk Coldrif buatan Sresan Pharma, yang hasil tesnya menunjukkan mengandung toksin dietilen glikol dalam jumlah hampir 500 kali lipat dari batas yang diizinkan.
Keputusan ini diambil hanya dua tahun setelah janji global untuk memperketat sistem menyusul kematian setidaknya 300 anak di seluruh dunia terkait racun serupa dalam obat-obatan berbasis sirup yang dibuat di India dan Indonesia.
Baca Juga: Ada Temuan Sirup Obat Batuk di India yang Terkontaminasi, WHO Rilis Peringatan
Namun, masalah penegakan hukum masih berlanjut, kata WHO.
"Mereka telah membuat beberapa kemajuan," kata pejabat tersebut, Rutendo Kuwana, merujuk pada aturan baru di India yang mewajibkan obat-obatan untuk diuji kontaminan seperti dietilen dan etilen glikol sebelum diekspor.
Namun, tidak ada aturan seperti itu untuk sirup yang dijual secara lokal, menjadi sebuah "celah regulasi" yang telah ditandai oleh WHO.
"Ini adalah pekerjaan yang sedang berlangsung," tambah Kuwana, ketua tim WHO untuk insiden yang melibatkan obat-obatan di bawah standar dan palsu.
"Ada banyak hal yang perlu dilakukan. Ini adalah pasar yang besar, dengan puluhan ribu produsen dan banyak negara bagian yang harus ditangani."
Pekan lalu, Reuters melaporkan bahwa India berencana menghapus aturan ekspornya setelah perusahaan meningkatkan fasilitas mereka ke standar internasional sebelum batas waktu akhir tahun.
Kementerian Kesehatan India dan Organisasi Pengawasan Standar Obat Pusat (CDSCO), badan pengawas obat federal, tidak menanggapi permintaan komentar mengenai rencana tersebut.
Perwakilan Sresan Pharma tidak menanggapi panggilan telepon berulang kali.
Baca Juga: Pabrik Sirup Obat Batuk Beracun di India Diduga Terlibat Pencucian Uang
Seorang juru bicara WHO mengatakan melalui email pada hari Senin bahwa badan tersebut menyambut baik semua langkah untuk meningkatkan kualitas obat.
Namun, menanggapi pertanyaan tentang penghentian uji ekspor, juru bicara tersebut mengatakan obat-obatan, termasuk bahan baku, harus diuji di seluruh proses produksi, bukan hanya di akhir.
Berdasarkan hukum, produsen obat India harus menguji setiap batch bahan baku dan produk akhir, tetapi CDSCO mengatakan pada bulan Oktober beberapa perusahaan belum melakukan hal ini.
Kuwana mengatakan negara-negara termasuk negara tetangga Pakistan telah menghadiri pelatihan WHO tentang pengujian toksin, dan tes baru yang lebih murah telah dikembangkan.
Perwakilan dari India tidak hadir tetapi telah mengonfirmasi kepada WHO bahwa mereka menggunakan metode tersebut.
Kuwana juga mengatakan bahwa terdapat kurangnya akuntabilitas atas insiden sebelumnya, yang ia gambarkan sebagai "kekecewaan besar". Meskipun ada banyak korban jiwa di luar negeri, tidak ada catatan tentang siapa pun yang dipenjara di India.
"Ini bukan sekadar menjual sepatu palsu," kata Kuwana. "Ini masalah moral, tetapi jika Anda tidak mengikuti aturan, ini kriminal, karena memiliki konsekuensi yang menghancurkan."