Reporter: kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Keberhasilan tersebut dinilai menggembirakan, pasalnya Timor Leste hingga saat ini masih sangat bergantung pada dukungan berbasis PBB dan LSM. Negara dengan populasi 1,2 juta jiwa dinilai sangat tegas dalam menekan penyebaran virus corona.
Peneliti di LSM La'o Hamutuk yang berbasis di ibu kota Dili, Mariano Ferreira, mengatakan Pemerintah Timor Leste sangat cepat memberlakukan keadaan darurat sejak kasus pertama muncul pada 21 Maret.
“Semua kegiatan publik dan swasta, serta layanan pemerintah ditutup, bahkan pengumpulan massa tidak diperbolehkan. Jadi kami merasa benar-benar darurat dan semua orang kembali ke kampung halaman (dari Dili) dan tinggal di sana,” kata Ferreira kepada Al Jazeera.
Baca Juga: Rusia akui jumlah kematian akibat Covid-19 terburuk ketiga di dunia
Fereira, yang telah memantau lembaga pemerintahan di Timor Leste selama 12 tahun, menambahkan bahwa pemerintah juga menutup sekolah.
Pemerintah Timor Leste juga memperpanjang keadaan hingga 2 Januari 2021. Perbatasan masih ditutup untuk sebagian besar orang asing kecuali penduduk asli.
Selain itu, penerbangan internasional juga ditangguhkan kecuali untuk urusan pemerintahan dan kemanusiaan. Mereka diperbolehkan masuk Timor Leste wajib dikarantina selama 14 hari di fasilitas yang dikelola pemerintah.
Baca Juga: Waspada! Mutasi virus corona di Inggris lebih mudah serang anak-anak
Selain pemerintah Timor Leste, rakyat juga ikut berperan dalam mengendalikan penyebarab virus corona. Sejumlah warga secara sukarela menyediakan rumah mereka kepada pemerintah sebagai tempat karantina untuk ribuan orang.
Warga juga mengawasi mereka yang memasuki Timor Leste melalui jalur darat dari Indonesia. Perbatasan dibuka sepekan sekali untuk warga yang ingin kembali ke rumah.