kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

16 Bank AS Telah Menerima Bantuan Dana dari Pemerintah AS


Selasa, 28 Oktober 2008 / 13:02 WIB


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NEW YORK. Sekitar enam belas bank, termasuk di dalamnya BB&T Corp, Capital One Financial Corp dan Sun Trust Banks Inc telah menerima bantuan dana dari pemerintah Amerika Serikat (AS). Total nilai bantuan tersebut mencapai US$ 33 miliar.

Dana ini merupakan bagian dari bantuan tahap dua sebesar US$ 250 miliar. Program penambahan modal kepada pihak perbankan tersebut memang sudah dilaunching pada bulan ini oleh Menteri Keuangan AS Henry Paulson.  

Sebagai balasannya, Departemen Keuangan (depkeu) akan mendapatkan preferred stock dan waran dari bank yang bersangkutan. Pada pengucuran dana tahap pertama, depkeu AS berkomitmen memberikan uang sejumlah US$ 125 miliar kepada sembilan bank terbesar AS. Nah, hal tersebut merupakan bagian dari program Troubled Asset Relief Program (TARP) senilai US$ 700 miliar, yang sudah menjadi peraturan pada bulan ini.

“Investor harus melihat hal ini sebagai langkah positif bagi bank-bank yang berpartisipasi. Dalam beberapa minggu ke depan, kita dapat mengetahui siapa saja yang disetujui dan yang tidak. Bahkan ada kemungkinan ada beberapa bank lain yang masuk daftar yang belum pernah kita dengar sebelumnya,” jelas banking analyst Sandler O’Neill & Partners LP.

Bahkan beberapa analis lain menilai, sekitar ratusan dari perbankan kecil dan menengah di AS juga akan menerima tambahan dana segar dari program tersebut.

Saat ini, pemerintah di berbagai belahan dunia tengah berupaya menyuntikkan dana segar kepada pihak perbankan yang tengah mengalami masalah likuiditas akibat krisis kredit. Tujuannya tak lain untuk menghindari kejatuhan yang lebih mendalam lagi dan terseret arus resesi global.




TERBARU

[X]
×