Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/BAGHDAD. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa AS memindahkan sebagian personelnya dari Timur Tengah karena situasi yang “berpotensi berbahaya”.
Pernyataan ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran, dengan Trump menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir.
Langkah ini mencakup rencana evakuasi sebagian personel Kedutaan Besar AS di Irak dan kebijakan keberangkatan sukarela bagi keluarga personel militer di Bahrain dan Kuwait, menurut sumber dari AS dan Irak.
Baca Juga: AS Bersiap Evakuasi Sebagian Kedutaannya di Irak, Situasi Timur Tengah Memanas
Meski alasan rinci tidak disebutkan, keputusan ini mendorong harga minyak melonjak lebih dari 4%.
Departemen Luar Negeri AS memperbarui travel advisory global pada Rabu malam, menyatakan bahwa "pada 11 Juni, diperintahkan keberangkatan bagi personel pemerintah non-darurat karena meningkatnya ketegangan regional."
Trump menyebut relokasi ini sebagai tindakan pencegahan.
“Kami telah memberikan pemberitahuan untuk pindah karena bisa menjadi tempat yang berbahaya,” ujarnya.
Terkait upaya deeskalasi, Trump menjawab: “Sangat sederhana, mereka (Iran) tidak boleh memiliki senjata nuklir.”
Baca Juga: Hadiri Les Miserables, Trump Disambut Sorakan dan Ejekan di Kennedy Center
Perundingan nuklir antara AS dan Iran masih menemui jalan buntu, sementara intelijen AS menyebut Israel telah mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh memperingatkan bahwa Iran akan membalas setiap serangan dengan menyerang basis-basis AS di kawasan.
Situasi di Kawasan
AS memiliki kehadiran militer signifikan di Timur Tengah, termasuk pangkalan di Irak, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan UEA.
Seorang pejabat AS mengatakan evakuasi di Baghdad diharapkan melalui jalur komersial, namun militer siap membantu jika diperlukan.
Baca Juga: Donald Trump Bersedia Perpanjang Batas Waktu 8 Juli untuk Negosiasi Dagang
Meski begitu, Kedubes AS di Kuwait dan Qatar menyatakan tidak ada perubahan dalam operasi maupun jumlah personel mereka.
Al Udeid Air Base di Qatar, pangkalan militer terbesar AS di kawasan juga tetap beroperasi normal.
Di sisi lain, harga minyak melonjak US$3 menyusul kabar evakuasi dari Baghdad, dengan Brent crude naik ke US$69,18 per barel.
Ketegangan Kawasan dan Risiko Energi
Badan Maritim Inggris sebelumnya telah memperingatkan bahwa ketegangan di Timur Tengah dapat meningkatkan aktivitas militer yang berisiko terhadap jalur pelayaran utama seperti Teluk, Teluk Oman, dan Selat Hormuz.
Iran, melalui pernyataan di akun X misi PBB-nya, menyatakan bahwa ancaman kekuatan militer tidak akan mengubah fakta bahwa "Iran tidak mencari senjata nuklir" dan bahwa "militerisme AS hanya memperburuk ketidakstabilan".
Baca Juga: Pemimpin Al-Qaeda Serukan Pembunuhan Donald Trump dan Pejabat Tinggi Gedung Putih
Komandan CENTCOM AS, Jenderal Michael "Erik" Kurilla, mengaku telah memberikan berbagai opsi kepada Presiden untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Namun, Kurilla menunda kesaksian di Kongres karena eskalasi situasi regional.
Putaran berikutnya dari negosiasi nuklir antara Iran dan AS dijadwalkan dalam beberapa hari ke depan.
Iran diperkirakan akan mengajukan usulan balasan setelah menolak proposal terbaru dari Washington.