Sumber: Business Insider | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Google, Apple, Microsoft, dan perusahaan otomasi TI ServiceNow memperingatkan sebagian karyawannya yang memegang visa agar tidak bepergian ke luar Amerika Serikat, menyusul keterlambatan serius dalam proses pengesahan visa di kedutaan dan konsulat AS. Penundaan tersebut dilaporkan bisa mencapai hingga satu tahun.
Penasihat imigrasi dari perusahaan-perusahaan tersebut mengirimkan email internal kepada karyawan yang memerlukan cap visa untuk masuk kembali ke AS, agar menunda perjalanan internasional. Hal ini disampaikan berdasarkan salinan memo yang ditinjau Business Insider.
Dalam memo yang dikirim Kamis lalu, firma hukum BAL Immigration Law, yang mewakili Google, menyatakan bahwa sejumlah Kedutaan Besar dan Konsulat AS tengah mengalami keterlambatan signifikan dalam penjadwalan cap visa, dengan waktu tunggu yang dilaporkan mencapai 12 bulan. Firma tersebut menyarankan karyawan untuk menghindari perjalanan ke luar negeri karena berisiko harus tinggal lama di luar AS.
Firma hukum Fragomen, yang mewakili Apple, juga mengirimkan peringatan serupa kepada sebagian pemegang visa di Apple. Dalam memo tersebut, Fragomen menyarankan karyawan yang belum memiliki cap visa H-1B yang masih berlaku untuk sementara tidak melakukan perjalanan internasional, mengingat kemungkinan penundaan yang tidak terduga saat kembali ke AS. Jika perjalanan tak bisa ditunda, karyawan diminta berkonsultasi lebih dulu dengan tim imigrasi Apple dan Fragomen.
Sementara itu, Microsoft melalui memo yang ditandatangani Jack Chen, penasihat hukum asosiasi bidang imigrasi, meminta karyawan yang terjebak di luar negeri akibat penjadwalan ulang visa agar segera melaporkan kondisi mereka kepada perusahaan. Chen mengakui situasi ini menimbulkan kecemasan dan berjanji akan memberikan panduan sejelas mungkin.
Baca Juga: Perang Masuk Ibu Kota: Jenderal Rusia Tewas Dibom, Moskow Tuding Ukraina
Bagi karyawan Microsoft yang masih berada di AS dan berencana bepergian ke luar negeri, perusahaan menyarankan agar mempertimbangkan ulang atau mengubah rencana perjalanan, karena terdapat keterbatasan dalam menjalankan pekerjaan untuk peran berbasis AS selama berada di luar negeri.
Microsoft juga mengumpulkan data dari karyawan yang terdampak untuk memetakan skala masalah, termasuk durasi penundaan dan konsulat yang terdampak, melalui survei internal.
ServiceNow, dalam memo yang dikirim tim Global Mobility pada 18 Desember, meminta karyawan yang terjebak di luar negeri untuk segera menghubungi atasan mereka guna membahas kemungkinan pengecualian terhadap kebijakan Work from Anywhere selama 30 hari. Perusahaan menyatakan akan meninjau dan menyetujui pengecualian tersebut secara kasus per kasus.
Penundaan visa ini terjadi di tengah penerapan persyaratan pemeriksaan media sosial yang lebih ketat, yang berlaku bagi pemegang visa H-1B beserta tanggungannya, serta pelajar dan peserta pertukaran.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan tengah melakukan peninjauan kehadiran daring (online presence review) terhadap para pemohon visa. Jadwal wawancara dapat diubah sesuai ketersediaan sumber daya, meski pemohon masih bisa mengajukan percepatan secara individual. Pemeriksaan ketat ini dilaporkan berdampak pada jadwal di sejumlah negara, termasuk India, Irlandia, dan Vietnam.
Baca Juga: Penerbitan Obligasi Perusahaan Teknologi Capai Rekor Tertinggi
Pengacara imigrasi Jason Finkelman menjelaskan bahwa jika seorang pekerja H-1B meninggalkan AS untuk mengurus cap visa baru dan jadwal wawancaranya ditunda atau dibatalkan, mereka berisiko terjebak di luar negeri selama berbulan-bulan. Ia menyarankan agar perjalanan ditunda jika tidak bersifat mendesak.
Program visa H-1B, yang dibatasi 85.000 visa baru per tahun, menjadi jalur utama perusahaan AS merekrut tenaga kerja asing terampil. Raksasa teknologi seperti Google, Microsoft, Apple, dan Meta tercatat sebagai pengguna terbesar visa ini.
Pada tahun fiskal 2024, Alphabet (induk Google) mengajukan 5.537 visa H-1B, Microsoft 5.695, Apple 3.880, dan ServiceNow 578. Di bawah pemerintahan Trump, program ini menjadi isu politik sensitif, dengan tudingan bahwa kebijakan yang ada membuat perekrutan tenaga kerja asing semakin sulit dan mahal.
Tonton: ESDM Hitung Ulang Kuota Impor BBM untuk SPBU Swasta Guna Penuhi Permintaan
Kesimpulan
Peringatan dari Google, Apple, Microsoft, dan ServiceNow menandakan meningkatnya ketidakpastian mobilitas global tenaga kerja asing di AS, khususnya pemegang visa H-1B. Pengetatan pemeriksaan dan keterlambatan visa tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga berpotensi mengganggu operasional perusahaan teknologi besar yang sangat bergantung pada talenta global. Situasi ini mempertegas bahwa kebijakan imigrasi AS kini semakin berorientasi pada keamanan dan verifikasi mendalam, meski dengan konsekuensi ekonomi dan bisnis yang signifikan.













