Sumber: TheIndependent.co.uk | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat resmi menetapkan Arab Saudi sebagai “Major Non-NATO Ally” (MNNA), memberikan kerajaan kaya minyak itu akses istimewa terhadap berbagai fasilitas militer, ekonomi, serta kedekatan lebih dalam dengan industri pertahanan AS.
Presiden Donald Trump mengumumkan status baru tersebut dalam jamuan makan malam resmi untuk menghormati Perdana Menteri sekaligus Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) pada Selasa malam.
“Saya dengan senang hati mengumumkan bahwa kami meningkatkan kerja sama militer ke level yang lebih tinggi dengan secara resmi menetapkan Arab Saudi sebagai major non-NATO ally, sebuah status yang sangat penting bagi mereka,” kata Trump.
Baca Juga: Arab Saudi Turunkan Gaji Pekerja Profesional Asing
Trump menambahkan bahwa langkah itu sengaja dirahasiakan hingga momen tersebut sebagai kejutan bagi MBS, yang telah lama membangun kedekatan dengan keluarga dan jaringan bisnis Trump sejak masa jabatan pertamanya.
Bagian dari Kesepakatan Pertahanan Baru
Menghadap Bin Salman, Trump menyebut status baru itu sebagai “pencapaian lain yang diraih hari ini”, selain kesepakatan pertahanan strategis bersejarah yang ditandatangani kedua pemimpin sebelumnya pada hari yang sama.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, negara yang berstatus Major Non-NATO Ally berhak memperoleh sejumlah keuntungan dalam perdagangan pertahanan dan kerja sama keamanan, termasuk:
-
Akses kelayakan pinjaman untuk material dan peralatan militer
-
Partisipasi dalam program riset, pengembangan, pengujian, dan evaluasi
-
Penempatan stok peralatan militer AS di wilayah negara mitra
Dengan status ini, Arab Saudi kini dapat membeli amunisi depleted uranium buatan AS, mendapat prioritas dalam pembelian peralatan surplus seperti pesawat tempur dan kapal, serta memungkinkan kontraktor Saudi mengajukan penawaran untuk pemeliharaan peralatan militer Amerika.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Jual 48 Jet Tempur Siluman F-35 ke Arab Saudi Senilai Miliaran Dolar
Arab Saudi Jadi Negara ke-10 dengan Status MNNA
Penetapan ini menjadikan Arab Saudi negara ke-10 yang memperoleh status MNNA secara resmi, bergabung dengan antara lain Australia, Jepang, Korea Selatan, Israel, Bahrain, Qatar, Mesir, Kuwait, dan Filipina.
Sementara Taiwan diperlakukan sebagai sekutu utama non-NATO dalam praktiknya, Washington belum memberikan penetapan formal karena kebijakan “satu Tiongkok”.
Babak Baru Hubungan AS–Arab Saudi
Pengumuman Trump ini menandai titik puncak baru hubungan antara Washington dan Riyadh setelah periode tegang pasca pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, pada 2018 di Konsulat Saudi di Istanbul.
Laporan intelijen AS yang dideklasifikasi pada 2021 menyebut MBS menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi karena dianggap sebagai ancaman. Pemerintah Saudi membantah temuan tersebut.
Meskipun Presiden Joe Biden pernah berjanji menjadikan MBS sebagai “pariah” pada kampanye 2020, dinamika geopolitik membuat upaya isolasi tersebut berakhir. Kini, sejak kembali menjabat, Trump kembali membangun hubungan yang erat dengan Arab Saudi dan pemimpinnya.
Baca Juga: Singapura Minta PBB Tunda Suara Pajak Karbon Kapal, AS dan Arab Saudi Tolak Keras
Trump memuji MBS atas “kemajuan luar biasa” yang dicapai kerajaan hingga menjadi “mesin ekonomi” dan “keajaiban modern”.
“Kami sudah saling mengenal dengan baik selama bertahun-tahun. Ia menjadi mitra sejati bagi perdamaian dan kemakmuran, bagi negara kita dan dunia, serta bagi perdamaian di Timur Tengah,” kata Trump.












