kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.502.000   11.000   0,44%
  • USD/IDR 16.794   37,00   0,22%
  • IDX 8.646   36,29   0,42%
  • KOMPAS100 1.197   8,91   0,75%
  • LQ45 860   6,19   0,73%
  • ISSI 309   1,58   0,51%
  • IDX30 440   1,54   0,35%
  • IDXHIDIV20 513   2,02   0,39%
  • IDX80 134   0,88   0,66%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 141   0,83   0,59%

Bank Sentral Jepang Diprediksi Akan Naikkan Suku Bunga Sampai Menjadi 1,5%


Senin, 22 Desember 2025 / 16:12 WIB
Bank Sentral Jepang Diprediksi Akan Naikkan Suku Bunga Sampai Menjadi 1,5%
ILUSTRASI. Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda (Yoshio Tsunoda/AFLO via REUTERS)


Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) kemungkinan akan menaikkan suku bunga tiga kali lagi menjadi 1,5% selama sisa masa jabatan Gubernur Kazuo Ueda hingga awal 2028 mendatang. 

"Kenaikan suku bunga pertama menjadi 1% bisa terjadi sekitar Juni atau Juli tahun depan, tergantung pada kekuatan ekonomi Amerika Serikat (AS), serta perkembangan upah dan harga domestik," kata mantan anggota dewan bank sentral Makoto Sakurai kepada Reuters, Senin (22/12/2025).

Kenaikan suku bunga lebih lanjut bisa menjadi lebih menantang karena akan membawa biaya pinjaman lebih dekat ke tingkat yang dianggap netral terhadap ekonomi, dan akan menuai kritik dari penasihat Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi yang pro-dovish.

"BOJ tidak akan mengatakannya secara terbuka tetapi mungkin melihat 1,75% sebagai perkiraan tingkat suku bunga netral. Kenaikan menjadi 1,5% akan berada jauh di bawah tingkat itu, dan masih memberi BOJ cukup ruang untuk memangkas suku bunga jika diperlukan," kata Sakurai, yang tetap menjalin kontak erat dengan para pembuat kebijakan yang berkuasa.

Baca Juga: Pasar Kecewa Sikap BOJ, Yen Melemah ke Level Terendah dalam 17 Bulan

Bank Sentral Jepang (BOJ) mungkin akan menaikkan suku bunga dua kali selama tahun fiskal berikutnya yang dimulai pada April 2026 jika pertumbuhan ekonomi AS yang solid menopang perekonomian Jepang, dan inflasi domestik tetap di atas target 2% bank sentral.

Menurut Sakurai, jika ketidakpastian mengenai prospek ekonomi AS meningkat dan inflasi domestik menurun secara signifikan, BOJ dapat memilih untuk menaikkan suku bunga hanya sekali pada tahun fiskal 2026 dan menunda kenaikan lebih lanjut hingga 2027.

"BOJ mungkin ingin melanjutkan kenaikan suku bunga dengan kecepatan sekitar sekali setiap enam bulan. Tetapi tampaknya agak khawatir tentang risiko menghadapi penolakan dari pemerintah," katanya.

BOJ menaikkan suku bunga menjadi 0,75% dari 0,5% pada Jumat pekan lalu, membawa biaya pinjaman ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 30 tahun, sebagai langkah penting lainnya menuju pengakhiran puluhan tahun dukungan moneter yang besar.

Kenaikan suku bunga menjadi 0,75% mendorong suku bunga kebijakan BOJ lebih dekat ke batas bawah kisaran perkiraan 1,0%-2,5% dari suku bunga netral Jepang, atau suku bunga yang tidak mendinginkan maupun merangsang perekonomian.

Meskipun Ueda mengatakan masih ada jarak sebelum suku bunga kebijakan mencapai batas bawah kisaran perkiraan, ia tidak memberikan kejelasan tentang berapa banyak kenaikan yang sebenarnya akan membawa suku bunga ke netral.

Sakurai bilang, BOJ kemungkinan telah membuat kemajuan dalam mendapatkan persetujuan untuk melanjutkan normalisasi kebijakan dari Takaichi dan Menteri Keuangan Satsuki Katayama, termasuk kenaikan suku bunga pada hari Jumat menjadi 0,75%.

“Selama perdana menteri dan menteri keuangan memberikan persetujuan, BOJ seharusnya tidak menghadapi masalah dalam menaikkan suku bunga,” katanya. “Tetapi ketika suku bunga mendekati netral, keadaan bisa menjadi rumit.”

Baca Juga: Bocoran BOJ: Suku Bunga Acuan Jepang Dipastikan Segera Naik

Jepang telah mengalami inflasi yang melebihi target 2% BOJ selama hampir empat tahun, karena perusahaan meneruskan kenaikan biaya bahan baku dan terus menaikkan upah untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.

"Survei "tankan" BOJ menunjukkan perusahaan memproyeksikan inflasi akan mencapai 2,4% satu, tiga, dan lima tahun dari sekarang - sebuah tanda bahwa inflasi semakin mengakar dalam perekonomian Jepang," kata Sakurai.

Ia mengatakan paket pengeluaran besar Takaichi, yang bertujuan untuk mengurangi dampak kenaikan biaya hidup terhadap rumah tangga, dapat menjadi bumerang dengan mempercepat inflasi.

Kebijakan fiskal ekspansif pemerintah juga berisiko mengikis kepercayaan pasar terhadap keuangan Jepang, sehingga memicu lonjakan imbal hasil obligasi dan penurunan yen yang tidak diinginkan.

"Yen melemah bahkan setelah kenaikan suku bunga BOJ pada bulan Desember, yang menunjukkan bahwa pelemahan mata uang tersebut lebih didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap kebijakan fiskal Jepang," kata Sakurai.

Di bawah kepemimpinan Ueda, BOJ mengakhiri stimulus besar-besaran yang berlangsung selama satu dekade tahun lalu dan menaikkan suku bunga tiga kali, termasuk menjadi 0,75% pekan lalu, dengan pandangan bahwa Jepang membuat "kemajuan" dalam mencapai target inflasi 2% secara berkelanjutan. Masa jabatannya selama lima tahun berakhir pada April 2028.

Selanjutnya: Kripto Menguat di Awal Pekan, Akankah Ubah Tren Hingga Akhir Tahun?

Menarik Dibaca: 13 Manfaat Jalan Kaki bagi Kesehatan Tubuh, Bisa Memperpanjang Umur!




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×