Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mengutip Reuters, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan lebih dari 2 juta kasus baru minggu lalu, menjadikan total di seluruh dunia menjadi 37 juta, dengan lebih dari 1 juta kematian akibat Covid-19.
“Tes di tempat perawatan ini dapat membuat perbedaan besar,” kata Gerard Krause, direktur departemen epidemiologi di Pusat Penelitian Infeksi Helmholtz Jerman.
Krause mengatakan pasien dengan prioritas rendah - mereka yang tidak memiliki gejala - awalnya dapat diskrining dengan tes antigen. Dengan demikian, tes PCR yang lebih akurat bisa digunakan untuk mereka yang menunjukkan gejala penyakit.
Baca Juga: Maskapai mendorong tes virus corona sebelum penerbangan internasional
Dara tarik di industri penerbangan
Tes antigen ini menjadi daya tarik dalam industri perjalanan. Maskapai Italia Alitalia menawarkan penerbangan Roma-Milan secara eksklusif untuk penumpang dengan tes negatif dan Lufthansa Jerman telah mengumumkan rencana pengujian serupa.
Tetapi skala pandemi yang sangat besar telah menekan kemampuan negara-negara untuk menguji semua warganya, membuatnya sulit untuk melacak jalur infeksi yang berliku secara komprehensif dan mencegah kebangkitan kembali penyebaran virus.
Di Amerika Serikat, misalnya, ketergantungan pada mesin PCR otomatis selama musim panas membuat banyak pasien frustrasi saat mereka menunggu hasil selama seminggu atau lebih.
Baca Juga: Alat rapid test murah Rp 75.000 dari WHO, hasilnya bisa diketahui dalam 15 menit
Pengujian di Eropa juga mengalami gangguan. Prancis melakukan lebih dari satu juta tes seminggu tetapi kebijakan pengujian gratis untuk semua telah menyebabkan antrean panjang dan penundaan hasil, mendorong para peneliti Prancis untuk membuat tes yang mereka katakan dapat menghasilkan hasil dalam 40 menit, tanpa menggunakan swab.
Menurut Kementerian Kesehatan Italia, negaranya melakukan antara 800.000 dan 840.000 tes seminggu, lebih dari dua kali lipat dari level April. Tetapi seorang penasihat pemerintah, profesor mikrobiologi Universitas Padua, Andrea Crisanti, mengatakan negara itu membutuhkan 2 juta tes seminggu untuk benar-benar mengatasi virus.