Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - ZURICH/BERLIN. Sejumlah negara kini tengah berusaha menahan gelombang kedua Covid-19. Terkait hal itu, mereka beralih ke tes yang lebih cepat, lebih murah tetapi kurang akurat untuk menghindari penundaan dan kekurangan yang mengganggu upaya untuk mendiagnosis dan melacak mereka yang terinfeksi dengan cepat.
Melansir Reuters, di Jerman, di mana infeksi melonjak 4.122 pada hari Selasa menjadi total 329.453, telah mengamankan 9 juta tes antigen per bulan yang dapat memberikan hasil dalam hitungan menit dan biaya masing-masing sekitar 5 euro ($ 5,90). Secara teori, itu akan mencakup lebih dari 10% populasi.
Amerika Serikat dan Kanada juga membeli jutaan tes, begitu pula Italia, yang tendernya baru-baru ini untuk 5 juta tes menarik tawaran dari 35 perusahaan.
Robert Koch Institute (RKI) Jerman sekarang merekomendasikan tes antigen untuk melengkapi tes PCR molekuler yang ada, yang telah menjadi standar untuk menilai infeksi aktif. Akan tetapi, tes ini juga mengalami kekurangan karena pandemi menyebabkan laboratorium dibanjiri tes dan melebihi kapasitas produksi produsen.
Baca Juga: Dokter Gedung Putih: Trump dites negatif untuk Covid-19
Tes PCR mendeteksi materi genetik dalam virus sementara tes antigen mendeteksi protein pada permukaan virus, meskipun keduanya dimaksudkan untuk mendeteksi infeksi aktif. Jenis tes lain, untuk antibodi yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi, dapat membantu mengetahui apakah seseorang pernah menderita Covid-19 di masa lalu.
Seperti tes PCR (polymerase chain reaction), tes antigen memerlukan usap hidung yang tidak nyaman. Mereka juga dapat menghasilkan lebih banyak "negatif palsu", mendorong beberapa ahli untuk merekomendasikan mereka hanya digunakan dalam keadaan darurat.
Baca Juga: Pemerintah minta RI jadi negara prioritas penerima alat rapid test antigen WHO
Namun, peningkatan yang mengkhawatirkan dalam infeksi baru secara global mendorong pejabat kesehatan mati-matian mengejar lebih banyak pilihan tes apalagi musim influenza kerap terjadi di musim dingin yang sebentar lagi datang.
Mengutip Reuters, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan lebih dari 2 juta kasus baru minggu lalu, menjadikan total di seluruh dunia menjadi 37 juta, dengan lebih dari 1 juta kematian akibat Covid-19.
“Tes di tempat perawatan ini dapat membuat perbedaan besar,” kata Gerard Krause, direktur departemen epidemiologi di Pusat Penelitian Infeksi Helmholtz Jerman.
Krause mengatakan pasien dengan prioritas rendah - mereka yang tidak memiliki gejala - awalnya dapat diskrining dengan tes antigen. Dengan demikian, tes PCR yang lebih akurat bisa digunakan untuk mereka yang menunjukkan gejala penyakit.
Baca Juga: Maskapai mendorong tes virus corona sebelum penerbangan internasional
Dara tarik di industri penerbangan
Tes antigen ini menjadi daya tarik dalam industri perjalanan. Maskapai Italia Alitalia menawarkan penerbangan Roma-Milan secara eksklusif untuk penumpang dengan tes negatif dan Lufthansa Jerman telah mengumumkan rencana pengujian serupa.
Tetapi skala pandemi yang sangat besar telah menekan kemampuan negara-negara untuk menguji semua warganya, membuatnya sulit untuk melacak jalur infeksi yang berliku secara komprehensif dan mencegah kebangkitan kembali penyebaran virus.
Di Amerika Serikat, misalnya, ketergantungan pada mesin PCR otomatis selama musim panas membuat banyak pasien frustrasi saat mereka menunggu hasil selama seminggu atau lebih.
Baca Juga: Alat rapid test murah Rp 75.000 dari WHO, hasilnya bisa diketahui dalam 15 menit
Pengujian di Eropa juga mengalami gangguan. Prancis melakukan lebih dari satu juta tes seminggu tetapi kebijakan pengujian gratis untuk semua telah menyebabkan antrean panjang dan penundaan hasil, mendorong para peneliti Prancis untuk membuat tes yang mereka katakan dapat menghasilkan hasil dalam 40 menit, tanpa menggunakan swab.
Menurut Kementerian Kesehatan Italia, negaranya melakukan antara 800.000 dan 840.000 tes seminggu, lebih dari dua kali lipat dari level April. Tetapi seorang penasihat pemerintah, profesor mikrobiologi Universitas Padua, Andrea Crisanti, mengatakan negara itu membutuhkan 2 juta tes seminggu untuk benar-benar mengatasi virus.
Di Belanda, di mana tingkat infeksi termasuk yang tertinggi di Eropa, pemerintah telah berusaha keras untuk memperluas pengujian mingguan dan kapasitas laboratorium menjadi 385.000 minggu depan dari 280.000 sekarang. Targetnya adalah hampir setengah juta tes seminggu pada Desember dan sedikit di bawah 600.000 pada Februari.
Tetapi banyak warga yang telah menunggu selama berhari-hari untuk pengujian. Pihak berwenang menyalahkan permintaan yang berlebihan dari mereka yang tidak memiliki gejala yang jelas karena menyumbat sistem.
Sebagai tanggapan, pihak berwenang telah membatasi tes antigen cepat untuk petugas kesehatan dan guru, sementara yang lain masuk dalam daftar tunggu.
Baca Juga: Akurasi rapid test dipertanyakan, ini metode pengganti yang disiapkan pemerintah
Berbagai hambatan menyoroti teka-teki bagi pemerintah: bagaimana membuat orang kembali bekerja sambil melacak virus di dalam populasi dengan cepat - tanpa kehabisan persediaan.
Produsen diagnostik Swiss Roche, mengumumkan rencananya pada hari Selasa untuk meluncurkan tes antigen baru pada akhir tahun yang dapat diproses pada mesin lab hingga 300 tes per jam, tidak termasuk waktu pengumpulan.
Saingannya termasuk Siemens Healthineers, Abbott Laboratories dan Becton Dickinson juga menawarkan banyak tes diagnostik COVID-19.
Roche mengatakan tes itu dapat diterapkan di tempat-tempat seperti panti jompo atau rumah sakit, di mana hasil yang cepat dapat menahan potensi penyebaran wabah yang mematikan.