Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent mengungkapkan, Presiden AS Donald Trump tetap di jalur yang tepat untuk bertemu dengan pemimpin China Xi Jinping di Korea Selatan pada akhir Oktober, seiring kedua pihak berupaya meredakan ketegangan terkait ancaman tarif dan pengendalian ekspor.
Mengutip Reuters, Selasa (14/10/2025), ketegangan terbaru ini menyusul pengumuman China pada hari Kamis bahwa mereka akan memperluas kontrol ekspor tanah jarang secara drastis.
Hal ini memicu tindakan balasan yang tajam dari Trump pada hari Jumat yang membuat pasar dan hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut memburuk.
Baca Juga: Pasar Terguncang, Trump Sebut Xi Hanya Sedang Memiliki Momen Buruk
Bessent mengatakan terdapat komunikasi yang substansial antara kedua belah pihak selama akhir pekan dan pertemuan lebih lanjut diperkirakan akan dilakukan.
"Kami telah melakukan deeskalasi yang substansial," kata Bessent dalam sebuah wawancara dengan Fox Business Network.
"Presiden Trump mengatakan bahwa tarif tidak akan berlaku hingga 1 November. Beliau akan bertemu dengan Ketua Partai Xi di Korea. Saya yakin pertemuan itu akan tetap berlangsung."
Trump dan Xi telah merencanakan untuk bertemu pada pertemuan puncak forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik yang diselenggarakan oleh Korea Selatan pada akhir Oktober.
Kementerian Perdagangan China pada hari Selasa mengatakan telah memberi tahu AS sebelumnya bahwa mereka berencana untuk memperketat kontrol tanah jarangnya, dan mengonfirmasi bahwa kedua belah pihak masih berkomunikasi, menambahkan bahwa pertemuan tingkat kerja telah berlangsung pada hari Senin.
Namun, pernyataan dari juru bicara Kementerian Perdagangan memperingatkan bahwa AS tidak dapat meminta perundingan sementara pada saat yang sama mengancam langkah-langkah pembatasan baru.
Baca Juga: Trump dan AS Jadi Pusat Ketidakpastian, Harga Emas Dunia Berpotensi Cetak Rekor Baru
Saham-saham Asia sedikit rebound pada awal perdagangan hari Selasa, setelah indeks-indeks utama Wall Street ditutup menguat hingga 2,2% pada hari Senin, menyusul sinyal Bessent bahwa negosiasi perdagangan antara kedua negara adidaya tersebut tetap berjalan sesuai rencana.
Ancaman Trump pada hari Jumat memicu aksi jual besar-besaran di saat investor dan pembuat kebijakan terkemuka sudah mulai cemas akan pasar saham yang bergejolak akibat lonjakan investasi dalam kecerdasan buatan yang dikhawatirkan beberapa pejabat dapat merugikan lapangan kerja di masa depan.
Bessent mengatakan akan ada pertemuan tingkat staf AS-China minggu ini di Washington di sela-sela pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF.
"Tarif 100% tidak harus terjadi," kata Bessent.
"Hubungannya, terlepas dari pengumuman minggu lalu, baik-baik saja. Jalur komunikasi telah dibuka kembali, jadi kita lihat saja nanti perkembangannya."
AS Menolak Secara Agresif
Namun, Bessent menyebut langkah China provokatif dan mengatakan AS membalas secara agresif.
Ia mengatakan, Amerika Serikat telah berkomunikasi dengan sekutu dan mengharapkan dukungan dari Eropa, India, dan negara-negara demokrasi di Asia.
"China adalah ekonomi komando dan kendali. Mereka tidak akan memerintah atau mengendalikan kita," kata Bessent.
China menyalahkan Amerika Serikat atas meningkatnya ketegangan perdagangan pada hari Minggu dan menyebut ancaman tarif terbaru Trump sebesar 100% terhadap barang-barang China sebagai tindakan munafik.
Baca Juga: Tarif 100% Trump ke China Picu Kepanikan Ritel AS Jelang Musim Belanja Akhir Tahun
China membela pembatasan ekspor unsur tanah jarang dan peralatannya. China mendominasi pasar untuk unsur-unsur tersebut, yang penting bagi manufaktur teknologi.
Berdasarkan peraturan baru China, perusahaan asing yang memproduksi beberapa unsur tanah jarang dan magnet terkait dalam daftar tersebut kini juga memerlukan lisensi ekspor China jika produk akhirnya mengandung atau dibuat dengan peralatan atau material China.
Hal ini berlaku meskipun transaksi tersebut tidak melibatkan perusahaan China sama sekali.
Bessent dalam wawancara di acara "Mornings with Maria mengungkapkan, Amerika Serikat akan menolak persyaratan perizinan dari China.