Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Bursa Saham Jepang melaju kencang dengan indeks saham Nikkei Jepang yang ditutup di atas level 50.000 untuk pertama kalinya pada hari ini (27/10/2025), melanjutkan serangkaian rekor berturut-turut di tengah ekspektasi pengeluaran yang cukup besar dari perdana menteri baru Jepang, Sanae Takaichi.
Senin (27/10/2025), Indeks Nikkei 225 melonjak 2,46% dan ditutup pada level 50.512,32. Ini membuat indeks Nikkei 225 sudah menguat 26,6% sepanjang tahun 2025.
Sementara itu, Indeks Topix yang lebih luas naik 1,7% ke level 3.325,05, juga merupakan rekor penutupan tertinggi, dan telah menguat 19,4% sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Bursa Saham Korea Selatan Reli: Indeks Kospi Rekor Usai Tembus ke 4.000
Indeks Nikkei sudah menguat 2,5% sejak Takaichi terpilih sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang pekan lalu.
"Pergantian kepemimpinan telah memberikan lebih banyak kepercayaan, Anda dapat melihat lebih banyak stabilitas, dan pasar telah meroket karenanya," kata John Pearce, kepala investasi dana pensiun Australia UniSuper.
Kenaikan indeks Nikkei juga didukung oleh ekspektasi pertumbuhan perusahaan-perusahaan AS yang terkait dengan AI seperti produsen chip Nvidia.
Saham investor teknologi SoftBank Group naik 6,66%, memberikan dorongan terbesar bagi Nikkei pada hari Senin. Advantest, produsen peralatan pengujian chip dan pemasok untuk Nvidia, melonjak 6,53%.
Sedangkan saham Fujikura, produsen serat optik untuk pusat data, naik hampir 8%.
"Pasar terus membeli saham. Bahkan ketika Nikkei jatuh setelah Takaichi terpilih, penurunan tersebut tidak berlangsung lama karena investor yang tidak mampu mengejar reli terbaru justru membeli saham saat harga turun," kata Hiroyuki Ueno, kepala strategi di Sumitomo Mitsui Trust Asset Management.
Indeks tersebut menembus angka 45.000 pada 16 September dan telah melewati angka bulat berturut-turut dengan cepat. Ini menandai perubahan dramatis bagi pasar yang telah lama lesu, yang membuat Nikkei membutuhkan waktu 34 tahun untuk akhirnya pulih ke puncak Ekonomi Gelembungnya pada Februari 2024.
Indeks naik ke ambang 50.000 pada Selasa (21/10/2025) lalu, ketika Takaichi lolos pemungutan suara parlemen untuk menjadi perdana menteri. Saham Jepang ditutup 3,6% lebih tinggi di akhir pekan karena ia menjanjikan kebijakan belanja proaktif, dengan paket stimulus ekonomi yang diperkirakan akan melebihi 13,9 triliun yen ($92,2 miliar).
Baca Juga: Jepang Luncurkan Stablecoin Pertama yang Dipatok Mata Uang Yen
Saham-saham Jepang telah menguat sejak pertengahan Juli, ketika kekalahan telak Partai Demokrat Liberal yang berkuasa dalam pemilu memicu spekulasi bahwa Shigeru Ishiba, yang berpandangan hawkish terhadap kebijakan fiskal, akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri.
Ishiba akhirnya mengumumkan pada bulan September bahwa ia akan mundur, yang membuka jalan bagi pemungutan suara kepemimpinan partai yang dimenangkan oleh Takaichi, seorang pendukung setia kebijakan stimulus "Abenomics" mendiang perdana menteri Shinzo Abe.
Takaichi dan Presiden AS Donald Trump akan mengadakan pertemuan puncak pada hari Selasa, setelah melakukan panggilan telepon pertama mereka selama akhir pekan.













