Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China mengumumkan larangan menyeluruh terhadap semua produk makanan laut dari Jepang sebagai respons atas keputusan Tokyo untuk membuang limbah air PLTN ke laut. Pembuangannya telah dimulai sejak hari Kamis (24/8).
Perdana Menteri, Fumio Kishida, telah meminta agar China segera mencabut larangan impor produk seafood dan mengupayakan diskusi mengenai dampak pelepasan air limbah berdasarkan ilmu pengetahuan.
Namun, China menegaskan penolakannya terhadap rencana tersebut dan mengatakan pemerintah Jepang belum membuktikan bahwa air yang dibuang aman.
Menanggapi hal tersebut, Jepang mengkritik China karena menyebarkan klaim yang tidak berdasar secara ilmiah.
Baca Juga: Mikronesia Mengecam Rencana Jepang untuk Membuang Limbah Nuklir ke Samudra Pasifik
Jepang memastikan bahwa pelepasan air limbah PLTN telah aman. Mereka juga memastikan bahwa Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga telah menyimpulkan bahwa dampak yang akan ditimbulkan terhadap manusia dan lingkungan dapat diabaikan.
Mengutip Reuters, Jepang mengekspor produk laut senilai sekitar US$600 juta ke China pada tahun 2022, menjadikannya pasar ekspor terbesar bagi Jepang.
Untuk saat ini pihak bea cukai China masih belum memberikan rincian mengenai produk laut tertentu yang terkena dampak larangan tersebut. Mereka hanya menegaskan bahwa pemerintah Beijing sangat khawatir terhadap risiko kontaminasi radioaktif yang dibawa oleh makanan dan produk pertanian Jepang,
Baca Juga: Jepang Buang Limbah PLTN ke Laut, China: Mereka Egois dan Tidak Bertanggung Jawab
PLTN Fukushima Daiichi hancur pada Maret 2011 akibat gempa bumi berkekuatan 9,0 SR yang menimbulkan gelombang tsunami dahsyat yang menyebabkan kehancuran di tiga reaktor.
Selama bertahun-tahun Jepang terus berusaha mendinginkan sisa-sisa reaktor untuk mencegah ledakan. Air yang digunakan sebagai pendingin masih terkumpul di sekitar PLTN dan belum kunjung dibuang karena dianggap masih terkontaminasi radioaktif.
Tangki air yang dipasang di kompleks Fukushima kini menampung sekitar 1,34 juta ton air olahan, sudah mendekati kapasitas maksimalnya dan diperkirakan akan mencapai batasnya pada awal tahun 2024.
Pembuangan pertama pada hari Kamis sebanyak 7.800 meter kubik akan berlangsung selama sekitar 17 hari.