kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China kerahkan militer ke perbatasan, PM India: Kami tahu cara membalasnya


Senin, 29 Juni 2020 / 14:03 WIB
China kerahkan militer ke perbatasan, PM India: Kami tahu cara membalasnya
ILUSTRASI. Presiden China Xi Jinping (kanan) berjalan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di Wuhan, ibukota Provinsi Hubei, Tiongkok tengah, 28 April 2018. (Xinhua / Yan Yan)


Sumber: Arab News | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Meski sudah dilakukan perundingan damai antara India dengan China, namun sepertinya hubungan antar kedua negara masih panas.

Melansir Arab News, Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan pada hari Minggu bahwa India tahu bagaimana cara membalas aksi China. Pernyataan itu diungkapkan Modi di tengah adanya laporan mengenai pengerahan militer oleh Tiongkok di perbatasan yang disengketakan yang berada di wilayah Himalaya, Ladakh.

"India telah memberikan tanggapan yang sesuai bagi mereka yang berani mengawasi wilayahnya di Ladakh," kata Modi, merujuk pada bentrokan 15 Juni yang merenggut nyawa 20 tentara India di Lembah Galwan di Ladakh.

Baca Juga: China kerahkan pelatih seni bela diri setelah bentrokan di perbatasan India

Modi menambahkan, "India tahu bagaimana menjaga persahabatan, tetapi itu juga bisa menatap mata seseorang dan membalas dan memberikan jawaban yang tepat," kata perdana menteri dalam pidato radio bulanannya.

Komentar itu muncul ketika laporan menunjukkan bahwa New Delhi telah mengerahkan sistem pertahanan rudal darat-ke-udara canggih reaksi cepat Akash ke perbatasan.

"Sebagai bagian dari penumpukan yang sedang berlangsung di sektor ini, sistem pertahanan udara, baik Angkatan Darat India dan Angkatan Udara India, telah dikerahkan di sektor ini untuk mencegah kesalahan penanganan oleh jet tempur Tiongkok atau helikopter Tentara Pembebasan Rakyat di sana," kata seorang warga setempat melansir media lokal yang mengutip sumber-sumber pemerintah.

Baca Juga: Sebelum baku hantam berdarah dengan India di perbatasan, ini yang dilakukan China

Manoj Kewalramani, dari lembaga think tank yang berbasis di Bangalore, Takshashila Institution, mengatakan kepada Arab News, sudah jelas bahwa telah terjadi perubahan status quo dari bulan April, di mana tentara Tiongkok membangun posisi baru di wilayah-wilayah yang bukan milik mereka sebelumnya.

“Juga jelas ada peningkatan di kedua belah pihak meskipun pembicaraan terus berlanjut. Ini situasi yang menegangkan, dan tampaknya itu akan berlarut-larut,” kata Kewalramani.

Aksi kekerasan meletus di Lembah Galwan pada 15 Juni ketika kedua belah pihak seharusnya menegosiasikan langkah-langkah de-eskalasi.

Baca Juga: Selain India, China juga sengketa perbatasan dengan 17 negara, termasuk Indonesia

Tiga hari kemudian, Modi berbicara kepada rakyat India dengan mengatakan "tidak ada yang menyusup" ke wilayah India.

Sejak saat itu, dia dituduh gagal mengatakan kondisi yang sebenarnya oleh pihak oposisi utama Partai Kongres dan mantan jenderal militer, yang mengatakan bahwa gambar satelit menunjukkan pengerahan militer China di sisi perbatasan India.

“Perdana menteri harus berbicara kepada bangsa dan mengatakan yang sebenarnya bahwa China telah merambah tanah kami. Kalau tidak, Cina akan menggunakan pernyataannya untuk keuntungan mereka," kata juru bicara Kongres Kapil Sibal pada hari Sabtu seperti yang dilansir Arab News.

Baca Juga: Foto satelit: China bangun konstruksi peralatan militer dekat lokasi bentrok vs India

Namun, menurut Kondapalli, pemerintah tidak dapat mengungkapkan informasi strategis.

Ketegangan di perbatasan telah menyebabkan kampanye untuk memboikot barang-barang China di India.

China memiliki investasi besar dalam ekonomi India, yang mencapai US$ 5,5 miliar hingga tahun lalu. Ekspor China ke India mencapai US$ 57,86 miliar pada 2019, dibandingkan dengan impor yang mencapai US$ 16,32 miliar. Perusahaan ponsel pintar China juga memegang 75% pangsa pasar India.

Baca Juga: India pesan rudal Rusia, pengamat: Ini ancaman bagi militer China

"Kampanye boikot mencerminkan sentimen publik," kata ekonom Amit Bhandari, dari think tank Gateway House yang berbasis di Mumbai, kepada Arab News.

Dia menambahkan, “Hubungan dagang dengan China telah berkembang selama 20 hingga 30 tahun terakhir, dan apa yang telah ada selama bertahun-tahun tidak dapat diurungkan dalam beberapa hari atau bulan. Ini akan sangat mengganggu,” katanya.




TERBARU

[X]
×