Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. China, sebagai konsumen emas terbesar di dunia, untuk pertama kalinya melakukan pencampuran (blending) bijih emas di kawasan timur Yantai.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya menjaga pasokan tetap stabil dan menekan biaya logistik bagi industri pemurnian emas domestik.
Dilansir Xinhua, praktik "bonded gold blending" ini dilakukan di zona perdagangan bebas (free trade zone) Yantai dengan skema logistik bonded, yang memungkinkan pencampuran bijih emas dari berbagai kode kepabeanan sebelum diproses oleh pengilangan emas di dalam negeri.
Baca Juga: Rusia dan China Peringati Kemenangan Perang Dunia II, Dibayangi Perang Ukraina
Pada 27 April lalu, sebanyak 279 ton konsentrat emas dan 28 ton bijih logam mulia yang mengandung emas dicampur dalam fasilitas tersebut.
Produk hasil pencampuran itu kemudian dikirimkan ke pengilangan emas domestik, menurut pernyataan Bea Cukai Qingdao, Selasa (30/4).
Direktur Departemen Produksi Pelabuhan Yantai, Ma Hongwei, menyatakan bahwa pencampuran bijih emas di dalam negeri dapat menghemat biaya logistik lebih dari 30%.
Sebelumnya, pencampuran bijih emas tidak diperbolehkan di China dan semua impor harus memenuhi standar tertentu secara terpisah.
Langkah ini dilakukan di tengah melonjaknya harga emas global yang mencetak rekor tahun ini, didorong oleh meningkatnya permintaan aset aman akibat ketidakpastian global, termasuk kebijakan tarif tinggi oleh Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga: Cara Beli Emas Antam Logam Mulia, Harga Emas Antam Hari Ini Rp 1.926.000
Adapun China juga memperkuat cadangan emas nasional. Bank Sentral China (PBOC) mencatat penambahan cadangan emas untuk bulan keenam berturut-turut pada April.
Sementara beberapa bank komersial diberi kuota tambahan untuk membeli emas dari luar negeri.
Impor bijih emas melalui Pelabuhan Yantai melonjak 35,1% secara tahunan menjadi 158.000 ton pada kuartal I-2025, mencakup lebih dari 20% total impor nasional untuk jenis kargo tersebut.
Dengan adanya fasilitas blending ini, impor bijih emas di Yantai diperkirakan akan meningkat minimal 5% lagi dalam waktu dekat.